Jakarta (Antaranews Bali) - Institute for Global Justice (IGJ) menyatakan bahwa meski kerap mendengungkan pentingnya perdagangan bebas untuk meningkatkan kesejahteraan, tetapi negara-negara maju juga kerap melakukan tindakan proteksi perdagangan.
"Sekalipun negara maju, mereka yang lebih banyak melakukan tindakan proteksionisme ketimbang negara berkembang," kata Direktur Eksekutif IGJ Rachmi Hertanti kepada Antaranews di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, indikasi dari hal tersebut bisa dilihat dari data-data yang terdapat di WTO (Organisasi Perdagangan Dunia).
Ia berpendapat bahwa sejumlah sengketa yang dibawa ke WTO banyak dipakai oleh negara maju untuk memproteksi pasar dalam negerinya.
"Dalam agenda perdagangan global, tidak ada negara yang mau membuka pasarnya. Tidak ada pasar bebas yang benar-benar bebas," ucapnya.
Rachmi menegaskan perlu adanya skema yang lebih tepat untuk implementasi kebijakan perekonomian agar hasilnya dapat terukur dan berdampak positif.
Sebelumnya, Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20 menekankan bahwa kerja sama perdagangan internasional harus ditingkatkan karena dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi global.
"Kami menyepakati perdagangan internasional sangat penting sebagai mesin pertumbuhan. Untuk itu, perlu upaya untuk mengurangi tensi yang dapat menyebabkan sentimen negatif pasar dan meningkatkan ketidakpastian sektor finansial," kata Menteri Keuangan Argentina selaku Ketua Pertemuan Nicolas Dujovne dalam jumpa pers di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF-WB di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).
Dujovne menambahkan kerja sama antarsesama negara G20 menjadi kunci untuk menjaga stabilitas keuangan global dan menghadapi tantangan tersebut.
Ia juga mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tetap positif, meski risiko yang telah diprediksi pada awal tahun mulai terealisasi sepenuhnya. (WDY)