Denpasar (Antaranews Bali) - Sejumlah akademisi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar melakukan studi banding atau studi ekskursi ke ISI Yogyakarta dan ISI Surakarta karena kedua kampus tersebut dinilai memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri.
"Berbagai capaian yang diraih ISI Denpasar selama ini dapat dijadikan sebagai rujukan awal untuk melakukan fokus kajian berikutnya. Untuk mengukur kualitas capaian, maka penting bagi kami untuk melakukan komparasi ke berbagai institusi yang memiliki banchmarking yang se-level atau bahkan lebih tinggi," kata Wakil Dekan I Fakultas Seni Pertunjukan sekaligus Ketua Rombongan ISI Denpasar Wardizal, SSn, MSi, di Denpasar, Minggu.
Menurut Wardizal, proses pendidikan di era saat ini memerlukan konsentrasi penanganan yang cermat berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Terlebih kini hangat diwacanakan bahwa dunia telah memasuki masa Revolusi Industri 4.0.
"Jadi, dalam situasi ini proses pendidikan tidak boleh berhenti dan puas terhadap capaian pada hari ini, melainkan harus terus berbenah untuk meningkatkan berbagai hal yang dipandang belum optimal," ucapnya.
Terkait pemilihan lokasi studi ekskursi dari 3-5 Oktober 2018 ke ISI Yogyakarta, karena merupakan salah satu perguruan tinggi seni tertua di Indonesia. "Bagaimanapun harus diakui ISI Yogyakarta telah menjadi barometer dalam pengelolaan Program Studi Musik di Indonesia. Kualitas lulusannya telah diakui baik secara nasional maupun internasional," ujarnya.
Demikian pula soal infrastruktur, SDM, serta tata kelola Prodi Musiknya memang benar-benar telah menerapkan standar proses yang ketat. Ditambah dengan daya dukung sarana dan prasarana yang cukup memadai termasuk layanan data dan informasi melalui UPT Perpustakaan yang menunjukkan bahwa ketersediaan sumber daya yang dimiliki sangat memadai untuk menunjang proses pembelajaran yang unggul.
Wardizal menuturkan di ISI Yogyakarta delegasi ISI Denpasar yang dipimpin langsung oleh Dekan Fakultas Seni Pertunjukan diterima di Ruang Kuliah Umum Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta. Hadir pada pertemuan tersebut WR I ISI Yogyakarta Prof Dr I Wayan Dana, Dekan FSP ISI Yogyakarta Prof Dr Hj Yudyariani, Wakil Dekan I Dr Bambing Pujasworo, WD II Suryanto Wijaya dan WD III Dr Citra Wiguna, serta hadir seluruh pimpinan di lingkungan FSP ISI Yogyakarta.
Saat itu, Wakil Rektor I ISI Yogyakarta Prof Dr I Wayan Dana mengatakan ISI Denpasar yang telah meraih akreditasi A untuk Institusi, dan 80 persen A untuk program studi, patut untuk dijadikan sebagai mitra dan kompetitor yang dapat memacu spirit peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan mutu akademik serta pengabdian kepada masyarakat.
Sementara itu, di ISI Surakarta, delegasi Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar saat itu disambut langsung oleh Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta Dr Sugeng Nugroho, Wakil Dekan I Dr Aton Rustandi Mulyana dan menyusul Wakil Rektor I Dr. I Nyoman Sukerna.
Terkait hal itu, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar Dr I Komang Sudirga, SSn, MHum menambahkan, untuk efesiensi waktu masing-masing Ketua Prodi FSP ISI Denpasar ketika kunjungan disebar sesuai bidangnya untuk berkomunikasi langsung pada kaprodi dan jajarannya. Sementara KTU berserta staf akademik meninjau proses layanan serta sistem registrasi, pengaturan ruang-ruang Kostum, serta hal-hal yang berkaitan dengan sistem administrasi akademik.
"Yang menarik adalah pada setiap jurusan yang sedang melaksanakan proses pembelajaran khususnya mata kuliah praktik, pegawai laboran selalu ada dan menemani dosen dan mahasiswa selama proses pembelajaran. Bahkan pagawai laboran ikut terlibat di dalamnya," ujarnya.
Dosen praktik yang lebih dari satu orang masuk kelas bersama-sama untuk membantu dosen senior dalam memberikan detail materi. Masing-masing jurusan yang ada di ISI Surakarta sudah mempunyai gedung tersendiri yang dipakai sebagai tempat "home base" dosen sehingga memudahkan dalam berkoordinasi.
Untuk program studi Teater bahkan telah memiliki "black box" bertaraf internasional untuk pengembangan pembelajaran praktik. Mereka lebih pada pengembangan teater tradisional, bukan berorientasi penuh pada teater modern.
"Hal ini tentunya dapat menginspirasi kemungkinan diusulkannya Prodi Teater di FSP ISI Denpasar. Program Studi Etnomusikologi dengan tokoh-tokoh yang ada seperti Prof Supanggah dan Prof Tri Hastanto dan generasi penerusnya merasa sangat senang jika FSP ISI Denpasar mengembangkan prodi barunya," ucap Sudirga.
Hal tersebut diyakini akan memiliki kekuatan khusus dengan SDM di ISI Denpasar yang cukup andal. ISI Surakarta pun mendorong untuk pendiriannya dan siap membantu dalam memperkuat asosiasi prodinya. (ed)