Negara (Antaranews Bali) - Mutu kakao Kabupaten Jembrana, Bali menarik petani dari Kabupaten Poliwali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat untuk datang ke daerah ini.
"Kami mendapatkan informasi, jika ingin belajar tentang budidaya, pemasaran dan peningkatan mutu kakao bisa datang ke Kabupaten Jembrana. Untuk itu kami datang ke sini," kata Samsul Bachri, koordinator rombongan 30 petani dari Poliwali Mandar saat berkunjung ke Kabupaten Jembrana, Rabu.
Ia mengatakan, meskipun Kabupaten Poliwali Mandar merupakan penghasil kakao terbesar di Indonesia, pihaknya masih merasa perlu untuk mencari pembanding serta belajar dari daerah lain untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi.
Menurutnya, di Provinsi Sulawesi Barat ada dua kabupaten yang menjadi sentra penghasil kakao yaitu Poliwali Mandar dan Mamuju, dengan luas lahan sekitar 14 ribu hektare.
Namun ia mengakui, meskipun dari sisi kuantitas menghasilkan kakao yang cukup banyak, dari kualitas pihaknya harus belajar dari Kabupaten Jembrana yang sudah mendapatkan pengakuan.
Haji Satar, salah seorang anggota rombongan mengatakan, saat melihat langsung produksi kakao di kebun milik Made Sugandi di Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo dan kebun milik I Ketut Agus Suardikayasa di Desa Tukadaya, Kabupaten Melaya dirinya banyak mendapatkan pengetahuan.
Menurutnya, sistem penyortiran serta teknologi yang diterapkan dua petani tersebut sangat mungkin dirinya adopsi di Poliwali Mandar, sehingga harga kakao miliknya bisa meningkat.
"Harga kakao Kabupaten Jembrana mencapai Rp50 ribu per kilogram, sementara kami hanya Rp29 ribu sampai Rp30 ribu. Kalau kualitasnya bagus, pasti harganya juga akan naik," katanya.
Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Dan Pangan Jembrana Komang Ariada yang mendampingi rombongan dari Poliwali Mandar mengatakan, beberapa tahun belakangan pihaknya memang fokus pada peningkatan mutu kakao dalam memberikan pendampingan dan penyuluhan kepada petani.
Ia mengungkapkan, pembeli dari luar negeri khususnya Perancis sangat memperhatikan kualitas dan mengambil contoh dari belasan titik sentra kakao di Kabupaten Jembrana.
Terkait harga, ia membenarkan, kualitas sangat menentukan harga kakao di pasaran sehingga petani Jembrana dilatih untuk merawat dan melakukan fermentasi kakao agar mutunya baik.
Menurutnya, petani di Kabupaten Jembrana diarahkan untuk memproduksi kakao fermentasi dengan mutu sesuai keinginan pembeli, sehingga harus melakukan perawatan dengan baik sejak sebelum panen.
"Ciri khas kakao Jembrana adalah memiliki profil aromatik dengan kandungan lemak yang baik. Selain itu tekstur tanah di sini juga cocok untuk jenis tanaman ini, serta perawatan yang baik," katanya.(WDY)
Mutu kakao Jembrana menarik petani Sulawesi
Rabu, 11 Juli 2018 17:19 WIB