Denpasar (Antaranews Bali) - Bali mengimpor bahan baku untuk mendukung usaha ekonomi kreatif sebesar 44,35 juta dolar AS selama kuartal I-2018, meningkat 16,63 juta dolar AS atau 59,99 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 27,72 juta dolar AS.
"Bahan baku berbagai jenis produk yang didatangkan dari luar negeri itu untuk mendukung proses usaha ekonomi kreatif yang produksinya kembali diekspor ke luar negeri yang mampu meningkatkan nilai tambah," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, khusus nilai impor Bali pada April 2018 sebesar 14,19 juta dolar AS, meningkat 1,78 juta dolar AS atau 14,36 persen dibanding Maret 2018 (m-to-m) yang tercatat 12,41 juta dolar AS.
Namun nilai impor pada April 2018 yang mencapai 14,19 juta dolar AS itu dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya terjadi peningkatan mencapai 5,31 juta dolar AS atau 59,83 persen, karena April 2017 nilai impor hanya 8,87 juta dolar AS.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas utama yang didatangkan dari luar negeri itu antara lain produk minyak atsiri, kosmetik dan wangi-wangian sebesar 16,38 persen, menyusul produk perhiasan (permata) 16,15 persen.
Selain itu juga mengimpor produk lonceng, arloji dan bagiannya sebesar 14,76 persen, produk barang-barang dari kulit 10,62 persen serta produk mesin dan perlengkapan mekanik 6,30 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, aneka jenis komoditas impor itu mendatangkan dari Hong Kong 46,10 persen, China 10,06 persen, Amerika Serikat 8,53 persen, Singapura 6,58 persen dan Jerman 4,91 persen.
Dari sepuluh besar negara utama asal impor Bali, dari negara Belanda mengalami lonjalan yang sangat tinggi mencapai ribuan persen dibandingkan dengan bulan Maret 2018 (m-to-m). Sepanjang tahun 2017-2018 puncak tertinggi impor dari Belanda adalah pada bulan April 2018.
Komoditas yang mendominasi impor barang asal Belanda adalah produk mesin dan alat listrik senilai 178,142 dolar AS.
Demikian pula Bali pada April 2018 kembali melakukan impor barang dari Papua New Guinea, yang jika dibandingkan dengan Maret 2018 mupun April 2017 tidak melakukan impor dari negara tersebut.
Komoditas dominan yang diimpor adalah produk kopi, teh dan rempah-rempah berupa vanila yang tidak ditumbuk senilai 211.050 dolar AS, jika dibandingkan dengan bulan April 2017 (y-on-y), impor yang berasal dari Hong Kong dan Perancis mengalami peningkatan hingga ribuan persen.
Komoditas yang mendominasi peningkatan impor dari kedua negara tersebut adalah produk minyak atseri, kosmetik dan wangi-wangian, ujar Adi Nugroho. (WDY)