Mangupura (Antaranews Bali) - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menilai sertifikat Marine Stewardship Council (MSC) sangat penting bagi Indonesia dalam meningkatkan ekspor ikan tuna ke berbagai negara, mengingat pengapalan komoditas tersebut sangat menggiurkan.
"Indonesia sudah dikenal dunia sebagai salah satu produsen ikan tuna terbesar, produksinya banyak, namun nilai devisa yang dihasilkan masih relatif kecil," kata Menteri Susi Pudjiastuti seusai menutup acara "3rd Bali Tuna Conference" di Hotel Padma Resort Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat malam.
Dari sekitar 7,7 juta ton ikan tuna di seluruh dunia, sebesar 16 persen atau sekitar 1,2 juta ton dihasilkan oleh Indonesia.
Menurut Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Zulficar Mochtar, tahun 2017 lalu, Indonesia hanya mampu mengekspor sekitar 198.131 ton ikan tuna ke berbagai negara. Nilainya mencapai USD 569 juta atau sekitar Rp7,9 triliun (kurs Rp 14.000).
Dengan sertifikat MSC menurut Menteri Susi Pudjiastuti akan memberikan informasi detail kepada negara pengimpor seperti asal usul ikan sampai proses penangkapan sehingga tuna Indonesia dapat masuk ke pasaran ekspor tanpa mengalami hambatan.
Menteri Susi Pudjiastuti menambahkan dengan terobosan tersebut mata dagangan ikan tuna Indonesia yang memiliki sertifikat MSC akan mampu meningkatkan perolehan nilai ekspor, atau komoditas tersebut dibeli konsumen dengan harga premium. Sedangkan ikan tuna tanpa memiliki sertifikat MSC hanya dibeli dengan harga kelas tiga.
Dengan memiliki sertifikat MSC dapat memperoleh dua keuntungan sekaligus, yakni meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para pengusaha tuna sekaligus memperbaiki kualitas tuna.
Untuk itu pihaknya mendorong agar eksportir tuna dapat memiliki sertifikat MSC dalam kurun waktu dua tahun ke depan dapat mematuhi ketentuan tersebut, sehingga mampu meningkatkan laju ekspor ikan tuna Indonesia, harap Menteri Susi Pudjiastuti. (WDY)
Video oleh Pande Yudha