Denpasar (Antaranews Bali) - Pengamat pendidikan dari Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar Prof Dr I Ketut Suda menilai "kastanisasi" pendidikan umum dan agama menjadi salah satu pemicu merosotnya moral pelajar yang akhirnya berujung pada maraknya aksi kekerasan.
"Kastanisasi yang saya maksudkan adalah menomorduakan mata pelajaran yang berkaitan dengan pengembangan moral, seperti agama dan budi pekerti," kata Suda yang juga Wakil Rektor I Unhi Denpasar itu, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, di tengah era globalisasi saat ini, kerapkali masyarakat menganggap pelajaran terpenting adalah yang berkaitan dengan teknologi dan ilmu pasti. Lalu, pelajaran agama dinomorduakan. "Akibatnya ya, jangan heran kalau perilaku anak-anak kita seperti itu," ucapnya.
Dia sangat menyayangkan sampai terjadinya kasus pemukulan guru oleh pelajar di Madura, Jawa Timur, belum lama ini, yang akhirnya berujung pada kematian guru tersebut.
Pemberian pendidikan agama di sekolah formal, lanjut Suda, selain untuk meningkatkan rasa bakti peserta didik kepada Tuhan, sekaligus agar dapat menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dan religius dalam kehidupan masyarakat.
"Selain itu, dimaksudkan juga sebagai wahana untuk mengembangkan moralitas universal yang ada dalam agama-agama. Kemudian direkonstruksi secara komprehensif dan dinamis dalam upaya membangun suatu masyarakat yang bermoral dan beradab," ujarnya.
Ia menambahkan, kurikulum pendidikan agama di sekolah mesti dipahami pula sebagai sarana komunikasi dan interaksi antar umat beragama. Bukan sebaliknya, pendidikan agama justru dikonstruksi sebagai mata pelajaran yang eksklusif dan dogmatis, sehingga sedikit banyak telah memberi andil atas terjadinya konflik horizontal yang bernuansa SARA, di berbagai daerah di Indonesia akhir-akhir ini.
Selain itu, Suda juga menyebut secara umum sekolah-sekolah di Indonesia mengalami krisis keteladanan. Sebagai pemerhati dan praktisi pendidikan, ia mendorong penguatan sekolah berbasis "pasraman" untuk di Bali, atau bagi umat Muslim disebut dengan pesantren.
"Orangtua jangan khawatir menyekolahkan anak di pasraman dan hal itu bukan berarti kemunduran. Malah nantinya anak memiliki kelebihan berupa akhlak mulia," ujarnya. (ed)