Nusa Dua (Antaranews Bali) - BPJS Ketenagakerjaan mendorong sumber daya manusia menciptakan inovasi baru di antaranya dengan memperbaharui sistem teknologi mengantisipasi tantangan ekonomi saat ini yang lebih banyak mengandalkan digitalisasi.
"Kami sudah melakukan pembaruan sistem teknologi yang sudah 100 persen dan dalam waktu dekat akan kami umumkan," kata Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto pada pembukaan seminar internasional penyelenggara jaminan sosial (ISSA) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Selasa.
Menurut Agus, secara internal pihaknya juga tidak ketinggalan menyikapi perkembangan digitalisasi saat ini yang bagi sebagian pihak dianggap mengganggu tatanan ekonomi konvensional atau "disruptive economy".
Dengan banyaknya pekerjaan manusia yang bisa diambil alih secara digital, menurut lembaga survei internasional, McKinsey, diprediksi dapat mendorong pemutusan hubungan kerja.
Selain itu juga berdampak terhadap keberlangsungan sistem jaminan sosial termasuk cara berkomunikasi dan interaksi masyarakat.
Sehingga hal tersebut perlu diantisipasi dengan menciptakan inovasi dan terobosan teknologi yang mengimbangi perkembangan digitalisasi saat ini.
Pihaknya memanfaatkan perkembangan digitalisasi tersebut dengan menciptakan inovasi pendaftaran peserta jaminan sosial hanya mengandalkan telepon seluler oleh petugas penggerak jaminan sosial Indonesia (Perisai).
"Kami meluncurkan inovasi jaminan sosial yakni Perisai dengan melibatkan masyarakat bersama melakukan perlindungan sosial tenaga kerja. Mereka kami rekrut dari komunitas untuk membantu edukasi dan sosialisasi," ucapnya.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia Bambang Brodjonegoro yang membuka seminar internasional itu mengatakan maraknya digitalisasi dan otomatisasi memudahkan pekerjaan manusia dan berpotensi melahirkan pekerjaan baru.
Namun di sisi lain, menurut dia, ada pekerjaan yang terpengaruh yakni jumlah pekerjaan yang ditangani manusia juga berkurang.
Untuk itu pihaknya mendorong BPJS Ketenagakerjaan untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan akibat digitalisasi itu dengan membuat para pekerja tidak jatuh miskin atau menganggur.
"Jadi kami harus antisipasi, harus menyiapkan `skill` pekerja jenis apa nanti yang bisa bertahan di masa `disruptive economy` itu," ucapnya.
Seminar internasional tersebut dihadiri sebanyak 125 pemerhati jaminan sosial dari 30 negara bersama ratusan praktisi dan pengamat jaminan sosial di Indonesia.
Dalam kesempatan itu juga dilakukan penadatanganan nota kesepahaman antara BPJS Ketanagkerjaan dengan lembaga penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja Jerman (DGUV). (WDY)