Denpasar (Antaranews Bali) - Konsulat Jenderal Australia di Denpasar, Bali, optimistis wisatawan dari negaranya tetap menjadikan Pulau Dewata bagai tujuan wisata, meski saat ini tidak lagi menduduki posisi pertama.
"Sudah lama Bali menjadi pilihan berlibur bagi orang Australia. Walau kini bukan nomor satu lagi, kami tetap menjadi satu kontributor utama di Bali," kata Konsul Jenderal Australia Helena Studdert di Denpasar, Sabtu.
Menurut Helena, wisatawan dari Australia memiliki rata-rata lama tinggal tujuh hingga sembilan hari dengan belanja yang cukup besar selama mereka berlibur di Pulau Dewata.
Selain karena letak geografis wilayah Bali yang lebih dekat dengan Australia, layanan pariwisata serba lengkap yang ada di Pulau Dewata juga menarik minat mereka untuk memilih berwisata di Bali.
Dia mengakui kunjungan wisatawan Australia sempat menurun sewaktu aktivitas vulkanik Gunung Agung di Kabupaten Karangasem meningkat sejak akhir September 2017.
Meski demikian, Helena menjelaskan faktor alam seperti erupsi Gunung Agung bukan menjadi penyebab utama penurunan kunjungan wisata beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan tidak ada pertanggungan asuransi perjalanan wisata dan kekhawatiran akan penundaan jadwal penerbangan karena bandara ditutup menjadi dua penyebab utama para wisatawan mengurungkan niat berwisata.
"Mereka akan kehilangan banyak uang jika tidak pegang asuransi dan kedua tentang penundaan perjalanan karena mungkin mereka ada bisnis atau pekerjaan yang mengharuskan mereka kembali ke negaranya," imbuh Helena.
Namun Helena mengharapkan untuk tidak mengkhawatirkan penurunan tersebut karena ia optimistis kunjungan wisatawan dari Australia akan bertumbuh. Hal itu terbukti dengan mulai pulihnya kunjungan wisatawan dari Australia saat libur panjang Natal dan Tahun Baru di Bali. (*)