Negara (Antara Bali) - Penipuan berkedok pemberian beasiswa untuk murid berprestasi marak di Kabupaten Jembrana, dengan sasaran murid madrasah.
"Hampir saja orang tua murid madrasah kami kena tipu. Ada seseorang yang menghubungi dan minta nomor rekening anaknya, untuk transfer beasiswa," kata Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darussalam Pengambengan Hidayati di Negara, Selasa.
Ia mengatakan, orang yang menghubungi orang tua murid ada yang mengaku pegawai Kementerian Agama, ada juga yang mengaku sebagai guru MI Darussalam.
Sadar ada modus penipuan, ia bersama guru-guru yang lain segera menghubungi orang tua murid lewat pesan pendek maupun didatangi langsung ke rumahnya, dan diminta tidak meladeni jika ada yang menghubungi dengan janji anaknya mendapatkan beasiswa.
Ia semakin yakin pemberian beasiswa mengatasnamakan Kementerian Agama dan madrasah ini penipuan, setelah salah seorang orang tua murid bercerita, selain nomor rekening dirinya disuruh ke ATM dengan panduan dari pelaku.
"Ibu dari murid saya itu diwanti-wanti untuk mengikuti apa yang diperintahkan, dengan alasan untuk registrasi pemberian beasiswa. Selama di ATM ia juga dilarang untuk berhubungan dengan Satpam," katanya.
Beruntung, sebelum menuruti pelaku, ibu-ibu ini menghubungi salah seorang guru MI Darussalam dan mendapatkan penjelasan kalau hal tersebut modus penipuan.
Khawatir dengan uang di rekening yang berisi Rp9 juta, ibu yang tinggal di Dusun Kelapa Balian, Desa Pengambengan, Kabupaten Jembrana ini langsung menarik seluruh uangnya.
"Kalau yang menghubungi ibu itu mengaku salah satu guru MI Darussalam, setelah dicek guru itu tidak merasa menghubungi dan nomer teleponnya juga beda," katanya.
Istiana, warga Desa Cupel yang anaknya bersekolah di salah satu madrasah aliyah negeri di Kabupaten Jembrana juga nyaris tertipu, saat ia dihubungi orang dan minta no rekening untuk menampung beasiswa anaknya.
Perempuan yang bekerja sebagai kepala raudhatul athfal (setingkat TK), sempat hendak meminjam nomor rekening kepada salah satu guru, karena pelaku minta rekening yang masih berisi uang.
"Sementara rekening saya tidak ada isinya. Saat bicara dengan pelaku, saya tidak bisa berpikir jernih seperti terhipnotis," katanya.
Namun guru yang hendak dipinjam no rekeningnya tersebut waspada, dan mengingatkan jika hal itu adalah penipuan, karena tidak ada beasiswa yang bisa dititipkan ke rekening orang lain.
"Saya seperti orang tidak sadar. Setelah teman saya mengingatkan sambil menggebrak meja baru saya sadar. Untung belum terjadi apa-apa," katanya.
Dari beberapa orang tua murid lain yang dihubungi, seluruhnya mengaku, pelaku memberikan syarat rekening yang akan digunakan untuk menampung beasiswa tersebut harus berisi uang.
Terkait dengan pelaku yang tahu nomer telepon orang tua murid termasuk nama guru, Hidayati menduga, data itu diperoleh setelah pelaku mengirimkan surat palsu seolah-olah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama ke email sekolah.
"Dalam surat itu dikatakan, Kementerian Agama akan memberikan beasiswa kepada lima murid dengan nilai tertinggi di masing-masing kelas. Untuk MI kami sudah mengirimkan data 30 anak, sehingga saat sadar itu penipuan, kami segera menghubungi orang tua anak-anak tersebut," katanya.
Data itu, menurutnya, meliputi nama murid beserta nomer handphone orang tua, serta identitas dua guru pendamping, yang belakangan oleh pelaku dimanfaatkan dengan mengaku sebagai guru pendampin tersebut.
Saat dicek dan dicocokkan dengan surat resmi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, surat dari terduga pelaku penipuan ini berbeda pada beberapa bagian surat.(GBI)
Penipuan Berkedok Beasiswa Marak di Jembrana
Selasa, 17 Oktober 2017 8:58 WIB