"Kehadiran kami ke sini ingin menghibur anak-anak dan menyampaikan kepada murid-murid kami di JB School bahwa ada saudara-saudara kita yang terkena musibah, sehingga kami mengajak mereka datang dengan menyugihkan barongsai," kata Pengembang JB School, Muhammad Fauzi Santosa di Klungkung, Bali, Rabu.
Pementasan Barongsai dengan alunan musik khas Tionghoa ini, membuat penasaran puluhan anak-anak pengungsi di posko pengungsian setempat dan ingin memegang barong yang menyerupai singa itu. Terlihat juga gelak tawa anak-anak pengungsi yang menyaksikan temannya digoda oleh barongsai dalam pertunjukan itu.
Para pengungsi yang sudah lanjut usia juga turut menyaksikan atraksi barongsai yang menurut kepercayaan warga Tionghoa memiliki nuansa religius. Kehadiran barongsai di pengungsian ini mencerminkan terjadinya pembauran dan toleransi kehidupan beragama yang semakin kokoh, hidup harmonis, berdampingan satu sama lainnya tanpa pernah terjadi konflik.
"Kami ingin membuat siswa kami memiliki persaudaraan yang kuat dengan anak-anak di pengungsian, selain menghibur para pengungsi agar tidak merasa bosan," ujarnya.
Selain menyuguhkan atraksi barongsai, sukarelawan JB School juga melaksanakan olahraga bersama dengan anak-anak dan pengungsi Gunung Agung diposko pengungsian itu.
Setelah itu, para sukarelawan dari sekolah setempat juga mengajarkan bahasa mandiri secara singkat kepada anak-anak dipengungsian.
"Tujuan kami memperkenalkan sedikit bahasa mandarin sebagai pembelajaran karakter dan mereka juga diajarkan belajar membaca bahasa Indonesia yang bukunya disiapkan pihak sukarelawan," ujarnya. (WDY)
I Made Surya