Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggarap dua tarian kolosal untuk memeriahkan pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXIII yang dijadwalkan disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 11 Juni 2011.
"Kedua tari kolosal yang digarap secara apik dan profesional itu melibatkan ratusan mahasiswa dan dosen lembaga pendidikan tinggi tersebut," kata Dekan Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) ISI Denpasar I Ketut Garwa SSn MSn, di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, kedua tarian kolosal tersebut masing-masing Adi Merdangga dan Siwa Nata Raja yang akan mengawali atraksi budaya pada pembukaan aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata.
Penampilan pada pawai pembukaan itu melibatkan sekitar 200 mahasiswa dan dosen dari lembaga pendidikan tinggi seni di Pulau Dewata itu. Mereka tercatat sudah melakukan latihan dan persiapan sejak dini.
Dengan demikian, kata dia, mereka diharapkan mampu tampil secara maksimal di hadapan kepala negara, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan undangan lainnya, termasuk wisatawan mancanegara yang sedang menikmati liburan di Pulau Dewata.
Ketut Garwa menambahkan, garapan kedua berupa sendratari Bhisma Dewabharata, melibatkan sekitar 250 mahasiswa dan dosen ISI Denpasar, baik sebagai penabuh maupun penari.
Sendratari kolosal yang digelar di panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar pada malam hari, 11 Juni 2011 itu akan disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan undangan tingkat nasional maupun dari Bali sendiri.
Sendratari yang berdurasi 50 menit itu mengisahkan Dewabharata lahir dari buah cinta antara Maharaja Sentanu dengan wanita penjelmaan bidadari, Dewi Gangga. Sebagai putra mahkota Kerajaan Astina, Dewabharata yang tampan dan perkasa diharapkan menjadi pemimpin agung yang akan menurunkan sumber insani masa depan bangsa Bharata.
Setelah dinobatkan menjadi "yowanaraja", Dewabharata memperoleh mandat menunaikan tugas dan kewajibannya sebagai raja muda, sedangkan ayahnya, Sentanu, bertindak selaku pendamping dan penasihat.
Suatu ketika, Dewabharata begitu masgul dengan keberadaan ayahnya yang senantiasa bermuram durja. Melalui kusir kerajaan, Dewabharata mengetahui bahwa sumber kemurungan Raja Sentanu adalah Satyawati, gadis cantik putri seorang nelayan di tepi sungai Yamuna.
Dikisahkan, perjumpaan Sentanu dengan gadis molek beraroma harum semerbak itu, membuat sang raja jatuh cinta dan berhasrat menjadikannya permaisuri tetapi sangat terpukul dengan persyaratan yang diajukan oleh ayah Satyawati.
Persyaratan yang mahaberat itu adalah, anak yang dilahirkan Satyawati harus menjadi raja pengganti Maharaja Sentanu.
Didorong oleh rasa hormat dan kasih sayangnya pada sang ayah, menuntun Dewabharata menjumpai ayah Satyawati. Dewabharata berjanji tidak akan menjadi raja Astina dan akan memberikan kepada putra yang dilahirkan Satyawati.
Ketika sebuah persyaratan diajukan lagi oleh ayah Satyawati agar kelak keturunan Dewabharta tidak menuntut haknya untuk menjadi raja Astina, juga dilayani Putra Gangga.
Demi kebahagian sang ayah, Dewabharata bersumpah akan hidup membujang selama hayatnya. Ikrar Dewabharata disambut hujan bunga dari angkasa dan gaung suara "Bhisma.....bhisma.....bhisma!" (Bhisma berarti kesatria sejati yang menepati sumpah suci).
Dewabharata memboyong Satyawati ke istana dan menghaturkan kepada ayahnya. Maharaja Sentanu sangat terharu dengan ketulusan, jiwa besar, pengorbanan putra kebanggaannya, Bhisma Dewabharata. (*)