Tabanan (Antara Bali) - Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti meresmikan peluncuran orogram Biogas Rumah (Biru) dan Rumah Kompos di Dusun Angkah Pondok, Kecamatan Selemadeg Barat, 36 kilometer arah barat Kota Denpasar, Rabu.
Kegiatan tersebut diselenggarakan Kelompok Tani Mada Masa dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Bakti Lestari dari desa tersebut.
Bupati Eka Wiryastuti menyambut baik upaya menjadikan Desa Angkah sebagai desa mandiri energi yang pertama di Indonesia.
"Saya tidak mau ini hanya menjadi mimpi saya sendiri, melainkan mimpi kita bersama masyarakat di wilayah Kabupaten Tabanan!" ujar Bupati Putu Eka Wiryastuti.
Program biogas dan rumah pupuk ini tidak hanya sejalan dengan program Bali "Clean and Green" yakni Bali bersih dan hijau, namun juga untuk mewujudkan Bali yang Sehat melalui pengembangan produk-produk organik.
Saat ini, segala yang organik harganya mahal. Namun dengan program ini masyarakat sangat diuntungkan karena gas dan pupuk tidak perlu membeli lagi.
Menurut Bupati Eka "Clean and Green" saja belum cukup, tapi sehat juga harus diutamakan. Dengan mengolah limbah yang ada, ketiga komponen itu bisa diwujudkan sekaligus.
Sejak Desember 2010, melalui program kerja sama antara Pemerintah Indonesia ? Belanda, warga Angkah bersinergi dengan Yayasan Bali Organic Association (BOA) dan Hivos - Biru (Biogas Rumah) mengembangkan model biogas yang menggunakan "fixed dome" (kubah beton).
Antusiasme masyarakat untuk menggunakan reaktor biogas model BIRU semakin meningkat. Ini terbukti hingga saat ini, telah terbangun sebanyak 85 unit reaktor biogas yang tersebar Kabupaten Gianyar, Buleleng, Tabanan, Badung, Bangli, dan Klungkung.
Dari jumlah itu 73 unit diantaranya sudah dipergunakan untuk keperluan memasak sehari-hari dan selebihnya masih dalam tahap pengerjaan.
I Gede Suarja, koordinator Biru Wilayah Bali dan Lombok mengatakan, Indonesia, termasuk Bali sebenarnya memiliki potensi sumber energi biogas, sebagai energi terbarukan, sangat besar.
Sebagian besar keluarga petani memelihara hewan ternak, seperti sapi, babi maupun ayam yang menghasilkan kotoran sebagai sumber energi biogas.
Ia menjelaskan, keluarga petani di Bali rata-rata memiliki dua hingga tiga ekor sapi dan empat atau lima ekor babi, cukup untuk menghasilkan kotoran yang dibutuhkan untuk biogas skala rumah tangga.
Untuk wilayah Bali, menurut Suarja, program Biru menargetkan membangun reaktor biogas rumah ini sebanyak 500 - 600 unit hingga tahun 2012.
Model tersebut, selain mampu memproduksi gas dari kotoran hewan untuk keperluan memasak, sekaligus menghasilkan pupuk organik yang berkualitas tinggi dari sisa proses biogas itu sendiri.
Program tersebut juga bertujuan membentuk kemandirian masyarakat dengan mengangkat potensi lokal yang ada. Tukang lokal diberikan pelatihan tukang. Masyarakat pengguna biogas juga diberikan pelatihan cara merawat reaktor dan peralatan biogas agar bisa berkelanjutan.
Subsidi dan garansi diberikan, serta pembinaan dan dampingan paska konstruksi. Teknisi juga berasal dari lokal Bali sehingga layanan bisa segera didapat oleh para pengguna.
"Kami akan memfasilitasi penyediaan dana bergulir yang akan disalurkan kepada kelompok-kelompok tani ataupun ternak sehingga setiap peternak yang berminat mampu membangun biogas rumah model BIRU ini," ujar Bupati Eka.(*)