Denpasar (Antara Bali) - Ketua Penyelenggara Ujian Nasional Provinsi Bali Drs IB Made Mertha, MPd mengharapkan, pelaksanaan UN di wilayahnya yang berlangsung 18-21 April 2011, dapat berjalan sportif atau menghindari segala bentuk kecurangan.
"Antisipasi agar jangan sampai terjadi kecurangan dan kebocoran soal sudah kami lakukan secara dini dengan berbagai strategi. Harapan kami dengan berbagai langkah itu pelaksanaan UN dapat berjalan sportif, aman, tenteram, dan terkendali," katanya menjawab ANTARA di Denpasar, Minggu.
Mertha mengatakan, soal-soal UN, Jumat (15/4) sudah dikirimkan oleh pihak percetakan dari Surabaya ke seluruh markas kepolisian sektor yang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Bali.
Untuk mencegah tindak kecurangan dalam pendistribusian, telah dilakukan pengawalan ketat yang melibatkan aparat Polda Jatim dan Polda Bali.
Selain itu, proses pengiriman soal juga melibatkan tim pengawas dari Universitas Udayana serta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Provinsi Bali.
Dijelaskan bahwa soal UN baru bisa diambil oleh pihak sekolah ke markas kepolisian sektor setempat, Senin (18/4) pagi, sesaat sebelum ujian dimulai.
"Nanti pihak yang boleh menjemput soal ke polsek harus terdiri atas tiga komponen, yakni perwakilan sekolah, dua orang dari tim pengawas Unud, dan dua orang lagi tim pengawas Disdikpora Kabupaten/Kota.
Agar ujian nasional itu dapat berjalan sportif, Mertha mengharapkan semua kalangan yang terlibat mempunyai komitmen yang sama dalam pelaksanaan UN yang jauh dari unsur kecurangan.
"Dengan adanya 5 paket soal dalam UN kali ini yang Senin (18/4) didistribusikan kepada peserta secara acak ditambah dengan kontrol dari awal yang ketat, kecurangan dapatlah diminimalisasi," katanya.
UN di Bali diikuti 42.709 peserta, terdiri atas 24.367 siswa SMA/MA, 24 orang dari SMALB (luar biasa) dan 18.318 pelajar SMK.
Pelaksanaan ujian nasional di Bali, Senin (18/4) tepat setelah sehari sebelumnya umat Hindu melaksanakan persembahyangan "Purnama" atau bulan purnama, yang bertepatan dengan "Kajeng Kliwon" (setiap 15 hari), sehingga para orang tua maupun siswa sekaligus berdoa agar diberikan kemudahan dalam pelaksanaan ujian.
Bahkan para orang tua maupun siswa banyak yang membuat "banten" atau upakara/sesaji secara khusus untuk persembahyangan menghadapi ujian nasional tersebut.(*)