Denpasar (ANTARA) - Direktur Utama PT Songgolangit Persada Dr Ir Gede Ngurah Wididana MAgr sebagai pakar pertanian organik yang memiliki pengalaman lebih dari 35 tahun, telah membagikan ilmu dan pengalaman kepada para mahasiswa dalam materi kuliah dosen praktisi mengajar pertanian perkotaan (2/11).
"Guru adalah murid yang belajar lagi untuk bisa mengajar. Pengalaman adalah guru, guru yang bijak mengajarkan kegagalan agar berhasil. Berkali-kali gagal, ulangi lagi dan cari akal. Berkali-kali jatuh, kembali berdiri jangan mengeluh," katanya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu.
Alumnus Faculty Agriculture University of The Ryukyus Okinawa, Jepang itu adalah sosok pria enerjik kelahiran Desa Bengkel, daerah pesisir utara Pulau Bali, 9 Agustus 1961, atau 61 tahun silam, yang merupakan pendiri PT Songgolangit Persada.
Perusahaan ini merupakan satu-satunya di Indonesia sebagai agen tunggal yang memproduksi dan memasarkan pupuk hayati Effective Microorganisms4 (EM4) pertanian, peternakan, perikanan dan EM4 limbah untuk menangani pencemaran lingkungan yang mendapat lisensi dari Effective Microorganisms Research Organization (EMRO) Jepang.
Suami dari Komang Dyah Setuti, SSn, MIKom yang pernah menjadi dosen Unas Jakarta selama lima tahun (1990-1995) itu menyampaikan terima kasih kepada Ir Sukartono M.Agr dan Ir. Etty Hestiati MS dari Unas Jakarta.
Baca juga: Guru Besar UGM: Manfaatkan herbal untuk jaga imun tubuh
Mereka yang memberikan kesempatan kepada dirinya berbagi ilmu dan pengalaman yang telah mengendap puluhan tahun, untuk dicairkan dan dibagikan kepada mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Nasional Jakarta.
Praktisi Mengajar Pengembangan Pertanian Perkotaan dalam enam kali pertemuan, sejak September-November 2022 merupakan amal yang sangat bermanfaat untuk dibagikan, sebelum pengalaman yang mahal itu membeku menyatu dengan tanah, hilang dan dilupakan generasi.
"Selama tubuh dan pikiran saya masih kuat menyangga kehidupan, selama itu pula proses belajar dan mengajar terus berlangsung. Semoga rahmat sehat dan rezeki masih mengalir ke diri saya, saya selalu siap memenuhi panggilan nurani sebagai guru alternatif untuk almamater," ujarnya.
Oleh karena itu, ia berpesan kepada para mahasiswa agar tetap semangat dan melanjutkan perjuangan meraih cita-cita.
"Masa depan gemilang menanti kalian, tentu harus dengan usaha gigih dan tekun," kata Dr Wididana memotivasi mahasiswa.
Baca juga: Dr Wididana: Pertanian perkotaan untuk relaksasi dan ketahanan pangan
Pacu pembangunan pertanian
Dr Wididana dalam pertemuan lewat zoom yang berlangsung selama tiga jam dengan mahasiswa Fakultas Pertanian Unas Jakarta mengusung tema Praktisi Mengajar Pengembangan Pertanian Perkotaan.
Ia menekankan, mahasiswa Fakultas Pertanian setelah menyelesaikan studinya dapat menjadi sarjana pertanian yang unggul, berprestasi, memiliki nilai tambah dan ilmu yang dimilikinya dapat diterapkan masyarakat dalam memacu pembangunan pertanian.
Dengan menyandang gelar sarjana pertanian yakni memiliki kemampuan dan keterampilan dalam merekayasa tanaman, sehingga selalu dituntut untuk kreatif, produktif dan ahli dalam ilmu terapan.
Dr Wididana yang juga akademisi Universitas Nasional menggarisbawahi, sarjana pertanian yang baru menyelesaikan pendidikan itu dapat terus belajar untuk menambah pengalaman agar kelak menjadi ahli pertanian.
Ibarat anak ayam yang baru menetas dari telur ayam, baru memiliki ilmu secara teori sebagai ahli pemula dan bidang ilmu yang dipelajarinya juga sangat luas, mulai dari ilmu tanah, lingkungan, ilmu benih dan sebagainya.
Baca juga: Akademisi: Majukan pertanian perkotaan untuk ketahanan pangan
Ilmu-ilmu bidang pertanian tersebut juga memiliki banyak cabang yang harus diperdalam untuk menjadi seorang ahli madya yang membutuhkan waktu puluhan tahun.
Setelah belajar lebih dari 20 tahun dalam bidang pertanian untuk menjadi ahli utama, proses mencari ilmu itu memang membutuhkan waktu yang lama, tidak ada yang bisa diperoleh dengan cepat atau jalan pintas.
Semuanya harus diikuti dengan baik mulai dari kegiatan praktek, magang, ikuti keahlian sampai menjadi yang utama.
Dr. Wididana sendiri telah mengikuti proses alamiah itu dengan baik mulai dari proses belajar tentang teknologi Effective Microorganisms (EM) di Jepang terus berlangsung sampai sekarang, walaupun pengalaman menumpuk ibarat mengisi air setetes di ember hingga menjadi penuh.
Hal itu merupakan proses dari keberhasilan, yakni akumulasi dari pengalaman-pengalaman panjang yang harus dilalui dengan terus belajar. Ibarat kalau tanamannya kurang subur tambah pupuk agar berbuah dan cepat menghasilkan.
"Semua itu harus dapat dinikmati dengan baik, penuh semangat, kreativitas yang tinggi serta rasa syukur dan bahagia," ujar Dr Wididana.