Tabanan (Antara Bali) - Seluruh anggota Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi (Perpadi) Bali sepakat mematok harga beli gabah petani dengan kisaran Rp4.000 per kg pada panen April 2017.
"Harga yang disepakati itu berada di atas harga patokan pemerintah (HPP) pada tingkat petani sebesar Rp3.700 per kilogram," kata Ketua Perpadi Bali, AA Made Sukawetan, di Tabanan, Senin.
Ia mengatakan, puncak panen yang dibarengi dengan makin meningkatnya jumlah produksi akan berdampak terhadap menurunnya harga serapan gabah ke petani.
Harga beli Perpadi yang sebelumnya minimal Rp4.500 per kg, mengalami penurunan hanya mencapai titik Rp4.000 per kg pada tingkat petani atau tidak menyentuh patokan HPP.
"Kami bersama seluruh anggota Perpadi di daerah ini telah menyepakati dalam rapat, jika harga gabah petani pada puncak panen nanti patokan terendah tidak lebih dari harga Rp4.000 per kg. Kondisi itu, masih berada di atas ketentuan HPP yang berlaku," katanya.
Sukawetan yang juga Ketua DPC Perpadi Kabupaten Tabanan menambahkan, kualitas gabah hasil panen yang kurang baik selama ini terjadi akibat dampak cuaca yang kurang menguntungkan, karena itu pihaknya terus berupaya untuk menyerap hasil produksi petani lokal secara maksimal.
Upaya tersebut kini diimbangi dengan jumlah maupun kemampuan mesin pengolahan padi milik anggota sehingga mampu menyerap dan melakukan proses penggilingan dengan baik.
Kabupaten Tabanan sebagai daerah "gudang beras" di Bali kini sudah ada enam usaha penggilingan yang memiliki kapasitas mesin pengering gabah (drayer) bervolume besar, yakni berkapasitas 2,5 ton per jam.
Sisanya, anggota Perpadi masih mengandalkan lantai jemur sebagai awal proses penggilingan gabah. Dengan adanya mesin drayer akan memudahkan dalam melakukan pengeringan gabah untuk proses giling di tengah kondisi cuaca hujan.
"Kini, ada enam pengusaha dari total anggota Perpadi terdaftar sebagai penerima dana Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (LUEP) di Tabanan yang mencapai 47 pengusaha, memiliki kapasitas mesin produksi cukup besar," ujar AA Made Sukawetan.
Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah karena sejumlah anggota sedang bersiap untuk membeli mesin yang mencapai Rp1 miliar per unit.
Secara umum, kemampuan mesin yang dimiliki oleh para anggota Perpadi di Bali tidak kalah dibandingkan dengan usaha sejenis di luar daerah.
"Kondisi itu sekaligus menjawab penilaian anggapan sejumlah kalangan bila produksi gabah di Bali banyak terserap ke Jawa karena mesin giling yang dimiliki usaha di Jawa lebih canggih dibandingkan dengan di Bali," ujar AA Made Sukawetan. (WDY)