Denpasar (Antara Bali) - Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali menjadwalkan segera mengadakan rapat dengan jajaran Bulog di daerah itu, terkait masih rendahnya serapan gabah dari petani.
"Bulog targetnya untuk tahun ini 6.000 ton, tetapi baru menyerap sekitar 1.600 ton. Baru sedikit, karena harga gabah dan beras di Bali relatif tinggi," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnuardhana, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, kemampuan Bulog untuk membeli dibatasi aturan karena menggunakan acuan harga pembelian pemerintah yakni harga gabah di petani untuk perkilogram Rp3.700, dan berasnya Rp7.300. Sedangkan harga gabah saat ini di petani sudah di atas Rp4.000, dan beras di atas 10.000.
"Perusahaan Penggilingan Padi (Perpadi) yang lebih banyak membeli beras dari petani karena mereka difasilitasi untuk mendapatkan kredit murah, yang bunganya hanya dua persen," ujarnya.
Wisnuardhana menambahkan, supaya Bulog dapat menyerap gabah petani, pihaknya berencana mewajibkan Perpadi Bali untuk mau menyisihkan sedikit gabah dari petani untuk Bulog. Tetapi Bulog juga harus mau menaikkan harganya sedikit, minimal perkilogram menjadi Rp4.070 dan mereka sudah menyanggupi.
"Sedangkan subak-subak yang telah kami bantu untuk alat pemanen padi (combine harvester), kami harapkan mau menjual gabahnya untuk Bulog," ucapnya.
Oleh karena itu, kata Wisnuardhana, maka pihaknya menjadwalkan segera mengadakan rapat dengan jajaran Bulog Divisi Regional Bali dan Perpadi Bali.
"Kalau sampai tidak ada stok di Bulog `kan akan jadi masalah juga, terutama saat paceklik maupun untuk pembagian beras miskin (raskin) atau beras sejahtera (rastra)," ujarnya.
Pihak Bulog, lanjut dia, sudah tidak bisa lagi mengandalkan stok dari luar Bali karena gabah dari sejumlah provinsi terdekat dengan Bali seperti Provinsi Jawa Timur, NTB dan NTT tidak boleh dibawa keluar daerah karena harus memenuhi stok dalam provinsi sendiri. (WDY)