Nusa Dua (Antara Bali) - Kendati agenda "berlibur" Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud di Pulau Dewata itu tertutup untuk media,sang penjaga dua kota suci Mekah dan Madinah itu diperkirakan melakukan "wisata toleransi" selama berada di Bali, 4-9 Maret 2017.
Spekulasi "wisata toleransi" itu terindikasi dari pernyataan takmir atau pengurus Masjid Ibnu Batutah di kawasan Puja Mandala, Nusa Dua, Bali, yang mengaku siap menyambut Raja Salman bila sang Raja mendatangi masjid yang dibangun bersebelahan dengan gereja, wihara, dan pura tersebut.
"Memang ada kabar rencana Raja Salman mau ke sini, tapi kepastiannya belum ada. Kami sebagai pengurus tetap mempersiapkan secara maksimal," ujar salah seorang pengurus, Agus Ismed Nur, saat ditemui di Nusa Dua, Bali (5/3).
Pihaknya menerima informasi dari Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) bahwa Raja Salman kemungkinan akan mendatangi Masjid Ibnu Batutah pada tanggal 4 dan 5 Maret, namun belum ada kepastian mengenai rencana kedatangan tersebut.
"Kami tidak bisa memastikan beliau akan benar-benar datang, tapi bisa kami pastikan segala persiapan, terutama kebersihan masjid sudah dilakukan dengan maksimal, termasuk kami pasang spanduk di depan," kata Agus menambahkan.
Pewarta Antara di lokasi melaporkan tidak ada personel keamanan, baik dari Kepolisian maupun TNI, yang berjaga-jaga, sedangkan segala aktivitas keagamaan dan ziarah pada sejumlah tempat ibadah juga berlangsung normal.
Puja Mandala merupakan lokasi wisata religius yang berada di bawah pengelolaan ITDC seluas tiga hektare yang di dalamnya dibangun lima tempat ibadah dari lima agama berbeda yang ada di Indonesia.
Spekulasi lain yang berkembang terkait "wisata toleransi" dari kunjungan "privacy" sang Raja antara lain agenda kunjungan ke Pura Besakih di Kabupaten Karangasem, Tanah Lot di Kabupaten Tabanan, dan Pantai Kuta di Kabupaten Badung.
Jika terlaksana, wisata Raja Arab dan rombongan ke Pura Besakih akan mampu lebih memantapkan toleransi dan kerukunan kehidupan lintas agama, kata Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana.
"Beliau adalah Raja yang bijaksana dan toleran, karena selain mengunjungi masjid juga diharapkan mengunjungi Pura Besakih," kata Ketua PHDI Provinsi Bali Prof Ngurah Sudiana di Denpasar (4/3).
Ia mengatakan, Indonesia khususnya masyarakat Bali sangat bersyukur atas kunjungan Raja Salman, karena ke Pura Besakih mencerminkan hal yang sangat baik dalam mewujudkan kebhinnekaan bagi Indonesia, sekaligus memantapkan kedamaian, kenyamanan dan kerukunan umat lintas agama di dunia.
"Saat bertemu dengan 28 tokoh agama di Jakarta, Raja Arab Saudi Salman bi Abdulaziz al-Saud memuji kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Kita hendaknya dapat bekerja sama untuk terus menjalin komunikasi dengan dialog di antara umat beragama agar dapat memperkuat nilai-nilai toleransi," katanya.
Pastor Berbahasa Arab
Nilai-nilai toleransi itu agaknya terekam sejak kedatangan Raja Salman bersama rombongan kerajaan di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai, Bali (4/3), karena raja dari negeri kaya minyak itu tidak hanya disambut para pejabat, namun juga tokoh agama dari lintas agama.
Bahkan, Raja Arab Saudi itu tampak heran saat disapa oleh Romo Evensius Dewantoro Pr, seorang pastor Katolik yang menyambutnya dengan menggunakan Bahasa Arab.
"Saya salaman sambil mengatakan `ahlan wa sahlan ya malik`, kemudian raja tersenyum tampak heran sambil memegang jubah saya," ujar Romo Evensius saat ditemui Antara di Gereja Katolik Paroki Bunda Maria Segala Bangsa, Nusa Dua, Bali (5/3).
Ia mengaku sempat ditanyai balik oleh Raja Arab Saudi itu. "Dari omongan dia (dalam bahasa Arab), saya yakin kurang lebih Raja menanyakan, apakah saya Katolik," ungkap pastor yang berasal dari Larantuka, Nusa Tenggara Timur itu.
Menurut agamawan yang mengaku senang dapat bertemu langsung dan berjabat tangan dengan Raja Salman itu, kedatangan Raja Salman ke Bali yang mayoritas penduduknya beragama Hindu itu menunjukkan toleransi dan penerimaan yang tinggi terhadap masyarakat yang berbeda keyakinan.
"Melihat dari senyum dan wajahnya, jelas sekali bahwa Raja Salman membawa Islam yang teduh," tutur Romo Evensius.
Di tengah karut marut perpolitikan Tanah Air yang terkesan saling berusaha meniadakan perbedaan, ia menilai Raja Salman justru melihat keberagaman sebagai sesuatu yang niscaya dan berguna untuk membangun banyak hal baik.
Namun, objek wisata yang tidak terkait dengan "kemajemukan" juga akan disasar Raja Salman. Hal itu, kata Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi, karena sang Raja juga menyukai objek wisata laut.
"Yang Mulia sangat menyukai laut, kemungkinan besar beliau akan banyak menghabiskan waktunya menikmati pemandangan laut," tutur Osama dalam jumpa pers usai mengantar Raja Salman beserta rombongan ke hotel di Nusa Dua, Sabtu (4/3) malam.
Namun, Osama enggan berkomentar lebih rinci perihal lokasi atau objek wisata yang akan dikunjungi Raja Salman maupun rombongannya selama berlibur di Bali hingga lima hari itu.
Ketika ditanya mengenai alasan Raja Salman memilih Bali sebagai tujuan berliburnya, Osama menjelaskan bahwa Pulau Bali telah terkenal keindahannya di seluruh dunia sehingga menarik minat raja.
"Selain itu lokasinya juga menghadap ke laut lepas, hawa udaranya pun stabil. Oleh karenanya beliau memilih Bali, bahkan jika beliau bahagia di sini mungkin akan mengunjungi objek wisata lain (selain Bali)," kata Osama. (WDY)
Raja Salman dan "Wisata Toleransi" di Bali
Minggu, 5 Maret 2017 19:04 WIB