Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali berencana mengenalkan pengobatan tradisional melalui sosialisasi yang rutin di Lapangan Niti Mandala Renon, Kota Denpasar, sepanjang 2023.
"2023 kita akan sosialisasikan terus pengobatan tradisional. Jadi masyarakat Bali paling tidak yang punya penyakit tidak sembuh-sembuh cobalah pengobatan tradisional, nanti kita ada gerakan di Renon rutin sosialisasi," kata Kepala Dinkes Provinsi Bali I Nyoman Gede Anom di Denpasar, Selasa.
Sosialisasi tersebut nantinya diisi dengan pengenalan kepada masyarakat soal layanan pengobatan tradisional, seperti akupuntur, akupresur, dan prana, yang sudah diterapkan di seluruh rumah sakit pemerintah di Bali dan 120 puskesmas.
"Sosialisasi ini masih didiskusikan dengan Gotra Pangusada, rencananya setiap Sabtu-Minggu pas ramai-ramainya. Nanti ada juga pelayanan personal jadi bergiliran anggota pangusada (pengobat tradisional, red.) sekaligus promosi termasuk obat-obatan herbal," ujarnya.
Layanan pengobatan tradisional telah dimulai Pemprov Bali sejak 2021, namun ia mengakui bahwa layanan ini masih belum menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang berobat ke rumah sakit.
Baca juga: Dinkes Bali target turunkan stunting hingga 7,71 persen
Untuk mendukung layanan tersebut, Pemprov Bali juga telah membuat produk-produk herbal melalui UPTD Laboratorium Pengujian Obat Tradisional yang berada di Kabupaten Bangli, Karangasem, dan Tabanan.
Sebanyak tujuh produk herbal, di antaranya untuk penyakit hipertensi, kencing manis, dan gagal ginjal telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pengobatan tradisional.
"Jadi di apotek sudah ada (obat herbal, red.), sekarang masih untuk obat saja gratis kalau masuk di BPJS. Kalau pelayanannya belum, harapan kita mudah-mudahan bisa ditanggung, jadi masyarakat lebih nyaman," ujarnya.
Ke depan, pihaknya akan terus mendorong masuknya layanan pengobatan tradisional dalam BPJS Kesehatan, sehingga ketika 64 rumah sakit lainnya di Bali membuka layanan tersebut akan menjadi pilihan utama bagi masyarakat.
Selain untuk masyarakat lokal, Pemprov Bali juga menggencarkan layanan tradisional untuk mendatangkan pariwisata berkualitas, yaitu mengenalkan wellness tourism di mana wisatawan yang datang ke "Pulau Dewata" --sebutan untuk Bali-- tak hanya menikmati pemandangan namun juga merasakan pengobatan tradisional.
Untuk mendukung itu, di setiap rumah sakit dan puskesmas dengan layanan tradisional berbeda telah disiapkan 1-2 dokter sebagai penanggung jawab pengobatan, didukung fisioterapis dan perawat yang terlatih.
Baca juga: Dinkes Bali pastikan vaksin penguat kedua untuk lansia telah siap
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"2023 kita akan sosialisasikan terus pengobatan tradisional. Jadi masyarakat Bali paling tidak yang punya penyakit tidak sembuh-sembuh cobalah pengobatan tradisional, nanti kita ada gerakan di Renon rutin sosialisasi," kata Kepala Dinkes Provinsi Bali I Nyoman Gede Anom di Denpasar, Selasa.
Sosialisasi tersebut nantinya diisi dengan pengenalan kepada masyarakat soal layanan pengobatan tradisional, seperti akupuntur, akupresur, dan prana, yang sudah diterapkan di seluruh rumah sakit pemerintah di Bali dan 120 puskesmas.
"Sosialisasi ini masih didiskusikan dengan Gotra Pangusada, rencananya setiap Sabtu-Minggu pas ramai-ramainya. Nanti ada juga pelayanan personal jadi bergiliran anggota pangusada (pengobat tradisional, red.) sekaligus promosi termasuk obat-obatan herbal," ujarnya.
Layanan pengobatan tradisional telah dimulai Pemprov Bali sejak 2021, namun ia mengakui bahwa layanan ini masih belum menjadi pilihan utama bagi masyarakat yang berobat ke rumah sakit.
Baca juga: Dinkes Bali target turunkan stunting hingga 7,71 persen
Untuk mendukung layanan tersebut, Pemprov Bali juga telah membuat produk-produk herbal melalui UPTD Laboratorium Pengujian Obat Tradisional yang berada di Kabupaten Bangli, Karangasem, dan Tabanan.
Sebanyak tujuh produk herbal, di antaranya untuk penyakit hipertensi, kencing manis, dan gagal ginjal telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pengobatan tradisional.
"Jadi di apotek sudah ada (obat herbal, red.), sekarang masih untuk obat saja gratis kalau masuk di BPJS. Kalau pelayanannya belum, harapan kita mudah-mudahan bisa ditanggung, jadi masyarakat lebih nyaman," ujarnya.
Ke depan, pihaknya akan terus mendorong masuknya layanan pengobatan tradisional dalam BPJS Kesehatan, sehingga ketika 64 rumah sakit lainnya di Bali membuka layanan tersebut akan menjadi pilihan utama bagi masyarakat.
Selain untuk masyarakat lokal, Pemprov Bali juga menggencarkan layanan tradisional untuk mendatangkan pariwisata berkualitas, yaitu mengenalkan wellness tourism di mana wisatawan yang datang ke "Pulau Dewata" --sebutan untuk Bali-- tak hanya menikmati pemandangan namun juga merasakan pengobatan tradisional.
Untuk mendukung itu, di setiap rumah sakit dan puskesmas dengan layanan tradisional berbeda telah disiapkan 1-2 dokter sebagai penanggung jawab pengobatan, didukung fisioterapis dan perawat yang terlatih.
Baca juga: Dinkes Bali pastikan vaksin penguat kedua untuk lansia telah siap
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023