Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Udayana I Wayan Windia menegaskan organisasi pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di Bali perlu pendampingan agar memiliki aktivitas ekonomi.
"Subak dalam mengembangkan aktivitas ekonomi seperti koperasi tani itu perlu tenaga pendampingan untuk memberdayakan lembaga tersebut," kata Prof.Dr. Windia, M.S. di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan bahwa tenaga pendampingan yang dibantu pemerintah itu akan mampu menerapkan perkembangan teknologi, khususnya teknologi pascapanen (hilir).
"Subak yang mendapat tenaga pendampingan akan berkembang dengan baik sekaligus membuat kesepakatan untuk tidak mengizinkan anggotanya menjual sawah untuk kepentingan nonpertanian," ujar Windia.
Hal itu telah terbukti dilaksanakan anggota subak Wangaya Betan, Subak Jatiwuluh dan Subak Guama di Kabupaten Tabanan yang kini kawasan tersebut menjadi Warisan Budaya Dunia (WBD).
Demikian pula, subak Lodtunduh di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar sepakat untuk mempertahankan sawah agar tidak beralih fungsi ke nonpertanian.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Subak dalam mengembangkan aktivitas ekonomi seperti koperasi tani itu perlu tenaga pendampingan untuk memberdayakan lembaga tersebut," kata Prof.Dr. Windia, M.S. di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan bahwa tenaga pendampingan yang dibantu pemerintah itu akan mampu menerapkan perkembangan teknologi, khususnya teknologi pascapanen (hilir).
"Subak yang mendapat tenaga pendampingan akan berkembang dengan baik sekaligus membuat kesepakatan untuk tidak mengizinkan anggotanya menjual sawah untuk kepentingan nonpertanian," ujar Windia.
Hal itu telah terbukti dilaksanakan anggota subak Wangaya Betan, Subak Jatiwuluh dan Subak Guama di Kabupaten Tabanan yang kini kawasan tersebut menjadi Warisan Budaya Dunia (WBD).
Demikian pula, subak Lodtunduh di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar sepakat untuk mempertahankan sawah agar tidak beralih fungsi ke nonpertanian.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012