Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman pangan yang meliputi padi dan palawija dalam membentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali sebesar 95,82 persen pada bulan Desember 2016, turun 1,21 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat 95,82 persen.
"Subsektor tanaman pangan itu perannya masih berada di bawah 100 persen yang berarti nilai yang diterima dari hasil pertanian tanaman pangan itu belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun biaya produksi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, indeks harga yang diterima petani (lt) pada subsektor tanaman pangan merosot 1,09 persen. Penurunan tersebut terjadi pada kelompok padi sebesar 0,91 persen dan palawija 1,54 persen.
Sementara itu indeks harga yang dibayar petani (lb) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen. Kenaikan
indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga konsumsi rumah tangga (IHKP) sebesar 0,011 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,21 persen.
Adi Nugroho menambahkan, harga gabah kering panen (GKP) tingkat petani di Bali sebesar Rp4.310,82 per kilogram pada bulan Desember 2016, menurun 1,17 persen dibanding bulan sebelumnya Rp4.361,86 per kilogram.
Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan juga merosot sebesar 1,27 persen dari Rp4.436,83 menjadi Rp4.380,55/kg.
Meskipun harga gabah di tingkat petani dan penggilingan di Bali merosot, namun msih berada di atas harga patokan pemerintah (HPP) yang berlaku sejak Mei 2015 untuk tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg dan tingkat penggilingan Rp3.750 per kg.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor tanaman pangan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas tiga subsektor mengalami penurunan dan dua subsektor mengalami kenaikan.
Ketiga subsektor mengalami penurunan selain tanaman pangan juga peternakan 0,12 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,44 persen.
Sedangkan kedua subsektor yang mengalami kenaikan meliputi subsektor perikanan sebesar 0,31 pesen dan sektor hortikultura 0,32 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017
"Subsektor tanaman pangan itu perannya masih berada di bawah 100 persen yang berarti nilai yang diterima dari hasil pertanian tanaman pangan itu belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi rumah tangga maupun biaya produksi," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, indeks harga yang diterima petani (lt) pada subsektor tanaman pangan merosot 1,09 persen. Penurunan tersebut terjadi pada kelompok padi sebesar 0,91 persen dan palawija 1,54 persen.
Sementara itu indeks harga yang dibayar petani (lb) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen. Kenaikan
indeks harga yang dibayar petani dipengaruhi oleh meningkatnya indeks harga konsumsi rumah tangga (IHKP) sebesar 0,011 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,21 persen.
Adi Nugroho menambahkan, harga gabah kering panen (GKP) tingkat petani di Bali sebesar Rp4.310,82 per kilogram pada bulan Desember 2016, menurun 1,17 persen dibanding bulan sebelumnya Rp4.361,86 per kilogram.
Sedangkan harga gabah di tingkat penggilingan juga merosot sebesar 1,27 persen dari Rp4.436,83 menjadi Rp4.380,55/kg.
Meskipun harga gabah di tingkat petani dan penggilingan di Bali merosot, namun msih berada di atas harga patokan pemerintah (HPP) yang berlaku sejak Mei 2015 untuk tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg dan tingkat penggilingan Rp3.750 per kg.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor tanaman pangan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas tiga subsektor mengalami penurunan dan dua subsektor mengalami kenaikan.
Ketiga subsektor mengalami penurunan selain tanaman pangan juga peternakan 0,12 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,44 persen.
Sedangkan kedua subsektor yang mengalami kenaikan meliputi subsektor perikanan sebesar 0,31 pesen dan sektor hortikultura 0,32 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2017