Jakarta (Antara Bali) - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menegaskan
bahwa kasus penangkapan teroris di Bekasi, Jawa Barat dan beberapa
daerah lainnya, bukan pengalihan isu.
"Ada yang bilang ini (pengungkapan kasus terorisme) pengalihan isu
terkait sidang Saudara Basuki Tjahaja Purnama, saya jawab dengan tegas
ini bukan pengalihan isu!" kata Jenderal Tito di Mabes Polri, Jakarta,
Jumat.
Menurut Tito, polisi tidak mungkin melakukan rekayasa kasus terorisme.
"Rekan-rekan yang ada di Densus 88 ini polisi, bukan sutradara. Para
tersangka yang ditangkap juga bukan aktor, bukan aktris yang pandai
memainkan drama. Untuk apa dia (tersangka) pasang badan seolah-olah mau
ngebom? Jadi sekali lagi, tidak ada pengalihan isu," katanya.
Ia pun berujar bahwa peradilan yang akan mengadili para tersangka
kasus terorisme bersifat terbuka sehingga masyarakat bisa mengawal kasus
tersebut.
"Sistem hukum kita sangat terbuka. Siapapun yang ditangkap akan
diproses di peradilan terbuka, di mana semua orang bisa melihat bahkan
merekam apa yang terjadi," katanya.
Kapolri menyayangkan adanya sejumlah pihak yang mensinyalir pengungkapan kasus terorisme tersebut merupakan rekayasa.
Tito mengatakan bila ada pihak yang memiliki bukti bahwa
pengungkapan tersebut merupakan rekayasa maka ia meminta pihak-pihak
tersebut untuk membuktikannya.
"Kalau ada bukti bahwa ini rekayasa, tunjukkan buktinya. Kami akan
lakukan tindakan tegas! Saya sendiri siap dicopot bila saya terlibat
merekayasa. Yang kami kerjakan, murni penyelidikan berbulan-bulan,"
katanya.
Kapolri meminta sejumlah pihak untuk tidak asal beropini tanpa memiliki fakta dan data yang kuat.
"Jangan ngomong tanpa data, hanya berdasar opini saja. Kasihan aparat kita yang bekerja keras," katanya.
Mantan Kapolda Metro Jaya ini juga memberi apresiasi terhadap
kinerja tim Densus 88 yang telah menggagalkan rencana upaya teror di
Istana Negara.
"Sejumlah orang sudah ditangkap, termasuk yang membuat bom, penerima
dana, yang menjadi pengantin, yang mensurvei. Semua sudah ditangkap.
Saya apresiasi adik-adik Densus 88. Kita beruntung, ada kasus seperti
ini bisa digagalkan," katanya.
Mantan Kepala BNPT itu meminta jajaran Densus agar memaksimalkan
fungsi intelijen agar dapat mencegah terjadinya potensi teror serupa.
"Saya selaku pimpinan Polri, terhadap terjadinya peristiwa seperti
di Samarinda, Medan, Thamrin (Jakarta), menurut saya kurang memuaskan.
Kenapa tidak bisa dideteksi, kenapa tidak bisa digagalkan? Tingkatkan
kinerja teman-teman. Kegiatan intelijen yang memonitor 24 jam," katanya. (WDY)
Kapolri Tegaskan Kasus Terorisme Bekasi Bukan Pengalihan Isu
Jumat, 16 Desember 2016 14:52 WIB