Denpasar (Antara Bali) - Ekspor pakaian jadi dan bukan rajutan dari Bali meningkat hingga mencapai 5,36 juta dolar AS selama bulan Oktober 2016, atau naik 24,52 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya (September 2016) sebesar 4,30 juta dolar AS.
"Kalau dibanding bulan yang sama untuk tahun sebelumnya justru menurun 2,13 persen, karena hasil sentuhan tangan-tangan terampil wanita Bali itu mengantongi 5,47 juta dolar AS pada Oktober 2015," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Adi Nugroho, di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan pakaian jadi usaha skala rumah tangga itu mampu memberikan kontribusi sebesar 10 persen dari total nilai ekspor Bali sebesar 53,64 juta dolar AS selama Oktober 2016, atau meningkat 32,43 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 40,51 juta dolar AS.
Pasaran Amerika Serikat paling banyak menyerap ekspor pakaian jadi bukan rajutan dari Bali yang mencapai 22,45 persen, lalu Australia 20,46 persen, Singapura 9,52 persen, Jepang 1,89 persen, Hong Kong 2,23 persen, Belanda 2,56 persen, Perancis 4,35 persen, Taiwan 0,01 persen dan Jerman 0,41 persen.
"Sisanya 36,11 persen menembus berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena aneka jenis pakaian itu sangat diminati konsumen, sebab buatan tangan manusia," katanya.
Adi Nugroho menegaskan bahwa pakaian jadi yang diperdagangkan ke luar negeri itu bukan produksi pabrik, namun dibuat secara manual sehingga memiliki nilai lebih di mata konsumen luar negeri, terutama dari Amerika Serikat dan Australia.
Secara terpisah, Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Made Suastika menambahkan pihaknya melakukan pelatihan desain melibatkan perajin maupun usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai upaya meningkatkan perolehan ekspor non migas daerah ini.
Kegiatan menyangkut 13 jenis pelatihan menekankan upaya meningkatkan rancang bangun (desain) berbagai jenis produk unggulan daerah ini, termasuk usaha tekstil dan produk tekstil (TPT).
Upaya itu dengan melakukan pendampingan tenaga ahli perancang busana (desainer) untuk perajin usaha tenun. Hal itu dilakukan dengan melaksanakan lima jenis pelatihan yakni pelatihan disain dan diversifikasi produk tenun, pencelupan benang sutra, tenun endek dan kerajinan tenun songket.
Made Suastika menambahkan, pihaknya juga menyelenggarakan pelatihan pengembangan fashion dan tenun Ende dengan harapan mampu meningkatkan perolehan devisa dari ekspor TPT. (WDY)
Ekspor Pakaian Bali Meningkat 24,52 Persen
Senin, 5 Desember 2016 20:46 WIB