Denpasar (Antara Bali) - Pasaran Amerika Serikat menyerap paling banyak ekspor pakaian jadi bukan rajutan dari Bali mencapai 25,72 persen dari total pengapalan mata dagangan tersebut senilai 6,19 juta dolar AS selama bulan Oktober 2017.
Pakaian berbagai jenis rancang bangun (desain) hasil sentuhan tangan-tangan terampil wanita Bali itu, menyusul diserap pasaran Australia 20,92 persen dan Singapura 10,85 persen, kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Gede Nyoman Subadri, di Denpasar, Sabtu.
Ia menyebutkan, pakaian yang diproduksi secara manual, bukan produksi pabrik itu dikombinasikan dengan manik-manik juga menembus pasaran Hong Kong 4,66 persen, Thailand 2,06 persen, China 0,28 persen, Jepang 1,18 persen, Jerman 1,05 persen, dan Belanda 0,42 persen.
Sedangkan 32,86 persen sisanya menembus berbagai negara di belahan dunia lainnya, karena busana untuk semua umur baik pria dan wanita itu sangat diminati konsumen di mancanegara.
I Gede Nyoman Subadri menjelaskan, Bali mengekspor pakaian jadi bukan rajutan sebesar 6,19 juta dolar AS selama bulan Oktober 2017, meningkat 720.268 dolar AS atau 12,99 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 5,47 juta dolar AS.
Namun dibanding bulan sebelumnya tercatat menurun sebesar 244.624 dolar AS atau 3,80 persen, karena pengapalan aneka jenis pakaian pada bulan September 2017 itu menghasilkan devisa sebesar 6,44 juta dolar AS.
I Gede Nyoman Subadri menambahkan, pakaian jadi bukan rajutan itu mampu memberikan kontribusi sebesar 12,99 persen dari total ekspor Bali sebesar 47,69 juta dolar AS selama bulan Oktober 2017, meningkat 2,72 juta dolar AS atau 6,05 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 44,97 juta dolar AS.
Namun total ekspor Bali tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya menurun 6,08 juta dolar AS atau 11,31 persen, karena ekspor Bali pada Oktober 2016 tercatat 53,77 juta dolar AS, ujar I Gede Nyoman Subadri. (WDY)