Denpasar (Antara Bali) - Kota Singaraja, Bali utara mengalami inflasi sebesar 0,78 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 134,25 pada bulan November 2016 serta tingkat inflasi tahun kelender Januari-November 2016 sebesar 3,91 persen.
"Sedangkan inflasi tahun ke tahun yakni November 2016 terhadap November 2015 sebesar 5,51 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, inflasi di Kota Singaraja tersebut ditandai dengan meningkatnya indeks pada kelompok bahan makanan 2,32 persen, kelompok sandang 0,89 persen, kelompok kesehatan 0,50 persen, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,27 persen.
Selain itu juga kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,19 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tidak mengalami perubahan indeks.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas yang mengalami peningkatan harga antara lain cabai rawit, bawang merah, rokok putih, tarif pulsa ponsel, rokok kretek filter, buncis, pasta gigi, cabai merah, baju kaos tanpa kerah, kecambah, bayam, tomat sayur dan baju anak setelan.
Komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain daging ayam ras, pisang, apel, gula pasir, cakalang, telur ayam ras, kentang, tongkol pindang, daging ayam kampung, ketimun dan ikan ekor kuning.
Dari 82 kota di Indonesia yang menjadi sasaran survei tercatat 78 kota mengalami inflasi dan empat kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manado mencapai 2,86 persen sedangkan inflasi terendah di Singkawang hanya
0,05 persen.
Di sisi lain deflasi tertinggi terjadi di Bau-Bau mencapai 1,54 persen, sedangkan deflasi terendah di Kendari hanya 0,22 persen.
Jika diurutkan dari inflasi tertinggi, maka Kota Singaraja menempati urutan ke 14 setelah Kota Bekasi, ujar Adi Nugroho. (WDY)