Denpasar, Bali (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menyebutkan kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau, menjadi penyumbang utama deflasi bulan ke bulan pada Agustus 2025 sebesar 0,39 persen.
"Komoditas utama penyumbang deflasi Agustus 2025 utamanya berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau yaitu tomat, cabai rawit, dan daging babi," kata Ketua Tim Humas BPS Bali Ari Kurnianto di Denpasar, Bali, Senin.
Adapun deflasi bulanan Agustus 2025 sebesar 0,39 persen dengan kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau memberi andil tertinggi sebesar 0,46 persen, disusul transportasi andil 0,04 persen, dan perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,03 persen.
Ari Kurnianto menyebut ada beberapa kejadian sepanjang Agustus 2025 yang bisa menjadi faktor deflasi pada kelompok-kelompok pengeluaran, seperti turunnya harga babi karena berkurangnya permintaan dan pengiriman ke luar daerah, serta kembali lancarnya jalur distribusi Jawa-Bali setelah sempat terjadi antrean di Pelabuhan Ketapang.
Jika dibedah lebih lanjut, komoditas dalam kelompok makanan yang memberi andil deflasi di antaranya tomat 0,20 persen, cabai rawit 0,18 persen, dan daging babi 0,04 persen.
Turut tercatat komoditas bensin dalam kelompok transportasi ikut menyumbang andil deflasi sebesar 0,02 persen karena turunnya harga bensin Pertamax dari Rp12.500 menjadi Rp12.000 per liter dan Pertamax Turbo dari Rp13.500 menjadi Rp13.200 per liter.
Meski kelompok makanan menjadi penyumbang utama deflasi, BPS Bali juga menemukan sejumlah komoditas dalam kelompok tersebut ikut menekan lajur deflasi seperti bawang merah dengan andil inflasi 0,09 persen dan beras 0,04 persen.
Sementara, komoditas lain yang juga ikut menekan deflasi adalah sekolah menengah atas 0,06 persen dan bahan bakar rumah tangga 0,02 persen.
BPS Bali melihat jika dibandingkan berdasarkan wilayah, sepanjang Agustus 2025 seluruh wilayah tercatat deflasi dengan Denpasar deflasi 0,19 persen, Badung 0,46 persen, Tabanan 0,69 persen, dan Singaraja 0,56 persen.
"Deflasi terdalam tercatat di Kabupaten Tabanan sebesar 0,69 persen dan terendah tercatat di Kota Denpasar sebesar 0,19 persen," ucap Ari.
Jika dilihat berdasarkan kondisi tahunan, terlihat kondisi Agustus inflasi cukup besar 2,65 persen dengan kelompok makanan menjadi penyebab inflasi utama, dan inflasi tertinggi di Denpasar sebesar 3,05 persen dan terendah di Badung sebesar 1,91 persen.
Baca juga: BPS catat turis dari tiga negara dominasi kunjungan wisman ke Indonesia pada Juli
Baca juga: BPS catat neraca perdagangan Juli surplus 4,17 miliar dolar AS
Baca juga: BPS: Produksi beras Juli 2025 capai 2,77 juta ton
Baca juga: Ekonomi Indonesia alami deflasi 0,08 persen pada Agustus 2025
