Saat gumpalan mendung bergayut di angkasa, lelaki berwajah teduh itu terlihat menyeret badannya, dan duduk di tepian teras rumahnya. Sementara samar-samar di kejauhan, terdengar suara itik bersahut-sahutan.
"Beginilah kondisi saya sejak lima tahun lalu. Saya lumpuh setelah terjatuh dari pohon cengkih saat mencari kayu bakar. Saat itu, saya jatuh dari ketinggian sekitar lima meter," ujar Nyoman Sudarta, warga Banjar Pekandelan, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali.
Setelah terjatuh hingga tak sadarkan diri, Sudarta kemudian dirujuk untuk menjalani pengobatan di RSUP Sanglah, Denpasar. Sayangnya, upaya pengobatan yang memakan waktu sebulan itu, tidak bisa memulihkan badan Sudarta yang mengalami kelumpuhan setelah terjatuh. Padahal biaya pengobatan telah menghabiskan lebih dari Rp30 juta. Dokter mendiagnose ada syaraf Sudarta yang terjepit, sehingga memvonis lelaki ini mengalami kelumpuhan permanen.
Vonis dokter ini sejenak membuat Sudarta menjadi limbung memikirkan nasib keluarganya. Semula ketika masih sehat, ia dapat mencari nafkah sebagai buruh bangunan, sehingga dapat menghidupi anak dan istrinya, Ni Kadek Mudiari.
"Pada waktu saya jatuh dari pohon cengkih, anak saya Ni Luh Maia baru berumur tiga bulan. Dan ketika dokter mengatakan saya lumpuh selamanya, saya merasa dunia begitu gelap. Bagaimana cara menghidupi anak dan istri? Itu saja pertanyaan yang terus berputar di benak saya," kata lelaki tuna daksa kelahiran tahun 1976 ini.
Untunglah, Kadek Mudiari kemudian mengambil alih tugas mencari uang, dengan bekerja sebagai penjahit. Sehari-hari, Mudiari mengambil bahan jahitan di garmen. Hasilnya tidak seberapa, tapi paling tidak keluarga ini terselamatkan dari kemungkinan deraan kelaparan.
Bantuan 200 Ekor Itik
Gelayut mendung muram dalam rumah tangga Sudarta perlahan menepi, ketika pada akhir Juli lalu, tim Astra Daihatsu Sanur datang ke Desa Nyalian. Tim yang dipimpin Ny Lenny ini khusus datang menemui keluarga Sudarta, dan melihat kondisi kehidupannya.
"Pada kesempatan itu, saya akhirnya mendapatkan bantuan anak itik sebanyak 200 ekor dari Astra Daihatsu Sanur. Saya girang sekali mendapatkan berkah tak terduga ini. Saya jadi memiliki harapan baru untuk memperbaiki ekonomi keluarga," ujar dia dengan ekspresi berseri-seri.
Selain anak itik, keluarga Sudarta juga mendapatkan bantuan lima zak konsentrat sebagai pakan, peralatan beternak dan sejumlah uang untuk keperluan tambahan dalam usaha beternak.
Ratusan anak itik ini kemudian dibuatkan kandang di kebun belakang rumah Sudarta, dengan diberikan jaring-jaring pada sisi timur. Kandang ini dibuat di bawah kerimbunan pohon agar itik tidak kepanasan.
Namun, karena keterbatasan fisik, maka Sudarta menyerahkan pada sang istri Mudiari mengenai perawatan dan pemberian pakan untuk itik-itik itu. Untungnya, Mudiari melakukan tugas ini tanpa mengeluh, mengingat perempuan ini pun berharap usaha ternak itiknya mampu memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.
Itik-itik ini akhirnya mulai besar dan sudah ada yang dipanen, dengan dijual pada pengepul. Sebagian uang penjualan itu, disimpan oleh Sudarta untuk digunakan lagi membeli bibit anakan itik. Begitu seterusnya.
Selanjutnya Sudarta menginginkan usaha ternak ini bisa berlangsung dengan baik dan lancar, mengingat potensi pembesaran itik cukup prospektif. Tentunya asal dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Selain rajin membersihkan kandang, pengaturan makanan tiga kali sehari, itik juga perlu diberikan makanan tambahan sayur-sayuran.
Makanan tambahan dari jenis sayuran ini, bisa didapatkan dari kebun atau ladang, seperti, kangkung, bayam atau "gedebong" pisang yang dicacah. Jika diberikan makanan tambahan, maka itik cepat pertumbuhannya sehingga bisa lekas laku dicari pembeli.
Di Bali, biasanya permintaan itik meningkat jika ada ritual ngaben. Kalau hari biasa, harga itik usia dua bulan rata-rata Rp20 ribu/ekor, maka kalau ada ngaben bisa mencapai Rp25-30 ribu per ekor," ucap dia.
Sudarta mengharapkan, usaha ternak itik ini mampu menjadi tonggak ekonomi keluarganya. Sekaligus mampu membuatnya membiayai pendidikan anak satu-satunya, Ni Luh Maia, setinggi mungkin agar kehidupannya jauh lebih baik dari orang tuanya.
"Dengan ternak itik ini, semoga membuat anak saya dapat mencapai cita-citanya. Dan saya bersyukur, Astra Daihatsu memiliki kepedulian kepada orang kecil seperti saya. Saya hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Berikan Pancing
Sementara itu, ketika diminta konfirmasi soal bantuan itik, Ny Lenny menyatakan, pemberian bantuan itik, dalam rangka bentuk kepedulian Astra Daihatsu kepada warga yang kehidupannya kurang beruntung serta membutuhkan uluran bantuan.
"Makanya selain itik 200 ekor, kami juga membantu memberi pakan yang mencukupi sampai itik siap panen. Semoga dengan bantuan itik ini, bisa memberikan perubahan positif dan membantu perekonomian keluarga Bapak Sudarta," ucap Ny Lenny.
Selama ini, dalam eksistensinya yang melebihi 40 tahun di Indonesia, PT Astra International Tbk memang tak hanya fokus pada pengembangan bisnis. Melainkan juga berpartisipasi dalam berbagai aktivitas sosial sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR).
"Tujuan program bantuan kami sekarang adalah lebih baik memberikan pancing, ketimbang memberi ikannya langsung. Dengan demikian, suatu saat akan menumbuhkan sikap kemandirian," ujar Ny Lenny, seraya menambahkan bahwa program ini sebagai salah satu bentuk kepedulian dari pihak Astra Daihatsu Sanur Bali kepada warga yang kurang mampu dan menderita cacat fisik.
Terkait kunjungan tim Astra Daihatsu Sanur ke wilayahnya, Kepala Dusun Banjar Pekandelan Gusti Ngurah Sarjana mengatakan, dirinya sangat menyambut baik atas bantuan ternak itik kepada seorang warganya. Gusti Ngurah berpesan kepada keluarga Sudarta, supaya tidak menyia-nyiakan bantuan yang telah diterimanya, serta dapat mengembangkan usaha ternak itik sehingga bantuan itu bermanfaat.
"Program- program seperti ini semoga terus berlanjut, sehingga upaya peningkatan ekonomi keluarga dapat dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya di Desa Nyalian," kata lelaki kelahiran Banjar Pekandelan Desa Nyalian ini.
Gusti Ngurah melanjutkan, dirinya mengucapkan rasa terima kasih tak terhingga kepada Astra Daihatsu Sanur Bali. Di mana melalui program CSR, terbukti memiliki kepedulian terhadap warganya dengan memberi bantuan ternak itik.
Sebenarnya, kiprah CSR Grup Astra ini tidak bisa dilepaskan dengan pesan pendiri perusahaan ini, William Soeryajaya. Yakni Astra tidak ingin hidup sejahtera sendirian di tengah tetangganya yang tidak sejahtera. Pesan ini menjadi butir pertama Catur Dharma, filosofi Grup Astra, yaitu menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara.
Grup Astra yang fokus pada enam lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, agribisnis, infrastruktur, logistik dan lainnya serta teknologi informasi,
sudah mengukir program CSR sejak 1974.
Nilai filosofi dari pelaksanaan CSR yang sudah berjalan lebih dari 40 tahun adalah semakin banyak berbagi kepada masyarakat, bisnis Astra justru makin berkembang. Bersyukur dan berbagi sudah menjadi budaya yang mendarah daging di Grup Astra.
Salah satu visi Astra adalah bertanggung jawab secara sosial dan ramah lingkungan. Pelaksanaan CSR difokuskan pada empat pilar utama, yaitu pendidikan, lingkungan, usaha kecil menengah (UKM), dan kesehatan. Program CSR Astra bertujuan memberdayakan dan membangun kemandirian masyarakat yang kurang atau belum mampu, agar mereka dapat berpartisipasi dalam menggerakkan perekonomian lokal dan menciptakan lapangan kerja. (WDY)
Berkah Ratusan Itik Bagi Lelaki Tuna Daksa
Rabu, 5 Oktober 2016 9:22 WIB