Mataram (Antara Bali) - Koordinator Presidium Majelis Nasional Korps
Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Mahfud MD, mengatakan masyarakat
dunia mengakui Indonesia negara paling gemilang mengelola toleransi.
Dengan pengakuan tersebut tak ayal kalau Indonesia disebut
laboratorium paling tepat jika ingin belajar toleransi dan keberagaman
hidup, katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu.
"Lihat saja, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan
jumlah pulau-pulaunya mencapai 17.508 pulau jika air laut lagi pasang,
kalau lagi surut ada 21 ribu lebih, kita memiliki 1.128 suku bangsa
dengan segala corak budaya, bahasa dan keberagaman entitas lainnya,
namun mampu dipersatukan untuk hidup berdampingan satu sama lainnya,"
kata Mahfud MD pada kegiatan Temu Nasional Alumni HMI Pemangku Jabatan
Publik.
Tidak hanya itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD juga
menjelaskan, luas Indonesia 20 lebih besar dari negara terbesar di
Eropa. Jika itu juga digabungkan masih besar Indonesia. Tapi meski
begitu Indonesia tetap bersatu.
"Filipina saja masih tidak bisa bersatu. Inggris juga demikian
separatisnya abadi, Thailand juga begitu, tetapi Indonesia bersatu.
Itulah yang harus kita rawat. Bagaimana cara merawat kebersatuan itu
harus melalui mekanisme demokrasi," jelasnya.
Karena itu, kata dia, berbagai kelompok yang ada harus bisa
diberikan kesempatan. untuk melakukan dan menyatakan politiknya secara
demokratis. Semua didengar lalu diputuskan bersama. Sebab, tidak mungkin
perbedaan itu akan bisa tumbuh jika tidak ada proses demokrasi yang
sehat.
Menurut dia, ada tiga hal yang perlu dijaga terkait dengan tata
kelola pemerintahan berdasarkan konsep masyarakat madani, antara lain
menjaga kebersatuan dan keberagaman, mengawal demokrasi serta penegakan
hukum. Karena demokrasi tanpa penegakan hukum akan liar.
Sebaliknya hukum jika tidak dibuat secara demokratis akan menjadi
elitis dan bersifat sepihak. Itulah masyarakat madani. masyarakat Madani
itu masyarakat yang berpradaban, katanya.
"Masa depan Indonesia merupakan tanggung jawab kita bersama. Tugas
kita menjaga itu. Karena itu setiap dari kita harus memiliki tanggung
jawab untuk merawat Indonesia, dari berbagai posisi baik itu Eksekutif,
Legislatif, Yudikatif, ataupun bidang-bidang lain," katanya menjelaskan.
Hadir pada kegiatan itu, di antaranya Ketua DPD RI Irman Gusman,
Tokoh HMI Akbar Tandjung, Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin, Wali Kota
Mataram Ahyar Abduh, Anggota DPRD Provinsi NTB, dan sejumlah tokoh HMI
lainnya serta ribuan kader HMI se Indonesia.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTB H Muhammad Amin, menyebutkan
contoh nyata dari kebersatuan dan keberagaman di Indonesia adalah
Provinsi NTB.
Karena, NTB yang didiami oleh tiga suku besar yaitu Sasak, Samawa
dan Mbojo ditambah suku-suku lain di Indonesia mampu menciptakan
harmonisasi dan kerja sama dalam bermasyarakat.
"Saat ini yang perlu di bangun adalah harmonisasi dan sinergisitas
kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah, era otonomi daerah ini
banyak terjadi ketidaksinkronan kebijakan yang menyebabkan terhambatnya
pembangunan," kata Amin.
Selain itu, dalam hal supremasi hukum, Amin menegaskan NTB tetap
komit dalam upaya penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Namun, ia
berharap istilah "kriminalisasi kebijakan" patut untuk dikaji lebih
mendalam lagi.
"Banyak pejabat publik di daerah terjerat kasus korupsi karena
kebijakannya. Mereka tidak melakukan korupsi namun karena kebijakannya
yang memperkaya orang lain, akhirnya ia terjerat kasus Korupsi,"
katanya. (WDY)
Mahfud: Dunia Sebut Indonesia Laboratorium Belajar Toleransi
Minggu, 4 September 2016 9:59 WIB