Denpasar (Antara Bali) - Dinas Pendapatan Provinsi Bali memprediksi pendapatan asli daerah dari sektor pajak kendaraan bermotor untuk tahun ini tidak akan mencapai target karena pengaruh melemahnya situasi ekonomi nasional dan daya beli masyarakat.
"Ini karena kondisi ekonomi, padahal yang paling kuat menyumbang pajak adalah dari pajak kendaraan bermotor (PKB). Sekitar 91 persen PAD Bali dari PKB," kata Kepala Dispenda Provinsi Bali I Made Santha, di Denpasar, Minggu.
Tahun ini ditargetkan pendapatan dari pajak kendaraan bermotor sebesar Rp1,113 triliun lebih dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BNNKB) sebesar Rp1,348 triliun lebih.
"Namun menurut hasil perhitungan dan analisa, diperkirakan PKB ketemunya di angka Rp900 miliar, demikian juga dengan BBNKB akan ketemu (realisasi-red) sekitar Rp968 miliar," ucapnya.
Prediksi penurunan pendapatan dari sektor PKB hingga lebih dari Rp500 miliar itu, ucap dia, dibuat berdasarkan perhitungan data realisasi PKB dan BBNKB hingga triwulan II/2016.
Untuk realisasi PKB hingga triwulan II sudah melampaui target karena sudah tercapai 45,54 persen (Rp500,94 miliar). Sedangkan realisasi BBNKB hingga triwulan II belum bisa memenuhi target karena realisasinya 36 persen (Rp486 miliar). Sebelumnya ditargetkan pendapatan dari PKB dan BBNKB hingga triwulan II/2016 dapat mencapai 45 persen dari besaran target dalam setahun.
Selain itu, pihaknya memprediksi akan terjadi penurunan realisasi PKB dengan mengacu pada data tiga tahun terakhir yakni data 2013, 2014 dan 2015, serta data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).
"Tim yang menganalisa data-data itu dari BPKP, Universitas Warmadewa, dan tim internal Bappeda. Dengan tiga data tersebut, cukup kuat untuk mewakili tren kondisi ekonomi saat ini," ujar Santha.
Di sisi lain, kata Santha, secara keseluruhan jumlah pendapatan daerah akan minus hingga Rp300 miliar karena pendapatan daerah bersumber dari pajak dan nonpajak. "Harapan kami di triwulan IV ada kemajuan ekonomi dan daya beli masyarakat," ucapnya. (WDY)