Jakarta (Antara Bali) - Realisasi penerimaan pajak yang rendah membuat
jumlah utang luar negeri pemerintah terus meningkat hingga triwulan II
2016, namun jumlah utang tersebut masih dalam batas aman, kata pejabat
Bank Indonesia.
Kepala Departemen Statistisk BI Hendy Sulistiowati di Jakarta,
Selasa, mengklaim rasio jumlah utang luar negeri (ULN) dari pemerintah
dan swasta terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 36,7 persen di
triwulan II masih terjaga dari posisi waspada sebesar 51,1 persen.
"Tetapi lebih bagus kita untuk menaikkan pajak dan penerimaan bukan
pajak dibandingkan kita menambah utang," tukas Hendy, mengingatkan agar
penerimaan pajak dinaikkan.
Di sisi lain, posisi rasio pembayaran ULN terhadap penerimaan
ekspor (Debt to Service Ratio/DSR) Tier 1 juga memang naik menjadi 37,3
persen dari 34,1 persen. Kenaikan tersebut, salah satunya karena masih
lemahnya ekspor.
Menurut Hendy, kenaikan DSR tersebut belum mengkhawatirkan. Adanya
kenaikan DSR tersebut juga, kata dia, karena BI menggunakan skema
perhitungan yang konservatif untuk menjaga prinsip kehati-hatian.
"Kita pakai perhitungan itu untuk tindak kehati-hatian," ujar dia.
Sementara jika melihat DSR Tier 2, pada kuartal II sebesar 67,7
persen, atau naik dari Kuartal I yang sebesar 60,9 persen. Angka ini
juga meningkat dari kuartal II 2015 yang sebesar 59,2 persen.
"Angka tersebut belum mengkhawatirkan, kenaikan Tier 2 menjadi 67,7
persen lebih disebabkan besarnya kredit ekspor impor," katanya.
Terkait
utang swasta, setelah terus melambat hingga paruh pertama 2016, Hendy
menilai akan terjadi perbaikan di Kuartal III dan IV. Musababnya, pada
akhir kuartal II kinerja industri pengolahan sudah membaik.
Dengan begitu dia meyakini, permintaan ekspor dari luar akan mulai
berdatangan, sehingga membuat swasta membutuhkan tambahan pendanaan
untuk ekspansi.
Menurut statistik utang luar negeri Triwulan II, utang swasta
turun 3,1 persen (year on year/YOY), menjadi sebesar 165,1 miliar dolar
AS atau 51 persen dari total ULN Indonesia.
"Ke depan perkiraannya masih lebih baik. Kalau lihat survei-survei
dunia usaha pada Kuartal III, industri manufaktur masih akan melakukan
ekspansi. Jadi, ini bukan yang sifatnya permanen," ujarnya.
Hendy memperkirakan meskipun ULN swasta bisa meningkat pada
triwulan III dan IV, besarannya tidak akan melebihi batas aman kemampuan
bayar. Secara umum, jika digabung dengan utang pemerintah, utang luar
negeri (ULN) Indonesia di akhir Triwulan II 2016 tercatat sebesar 323,8
miliar dolar AS atau tumbuh 6,2 persen (YOY). (WDY)
BI: Pajak Rendah Sebabkan ULN Pemerintah Meningkat
Rabu, 24 Agustus 2016 9:14 WIB