Negara (Antara Bali) - Patriotisme terhadap bangsa dan negara, menjadi salah satu pendidikan wajib bagi murid madrasah, untuk menangkal paham radikalisme masuk ke institusi pendidikan ini.
"Tujuan kami, murid madrasah menjadi manusia yang moderat, bisa menerima perubahan dan perbedaan serta memiliki kecintaan yang tinggi terhadap bangsa dan negaranya," kata Kepala Bidang Pendidikan Islam, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali H. Arjiman, di sela-sela lomba Pramuka dan olimpiade yang diikuti Madrasah Ibtidaiyah (MI) se Bali, di Negara, Minggu.
Ia mengatakan, sejarah kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari pondok pesantren, yang di dalamnya ada pendidikan madrasah.
Menurutnya, baik sebelum dan setelah Proklamasi 1945, pondok pesantren menjadi salah satu kantong pejuang yang bisa menyatu dengan elemen bangsa lainnya untuk menegakkan Indonesia.
"Kami tahu, terkadang muncul prasangka di pondok pesantren maupun madrasah rawan muncul radikalisme. Pandangan itulah yang ingin kami rubah," ujarnya.
Ia mencontohkan, lomba Pramuka dan olimpiade, selain sebagai silaturahmi MI se Bali, bisa menjadi sarana untuk meningkatkan patriotisme, karena diisi dengan kegiatan yang mengarah ke hal tersebut.
Yang juga penting, katanya, lomba yang diselenggarakan Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) ini, untuk mengenalkan sistem dan hasil pendidikan madrasah kepada masyarakat luas, sehingga mereka mendapatkan gambaran nyata terkait pendidikan di madrasah.
"Tentu tujuan lainnya agar mutu pendidikan madrasah lebih meningkat, sehingga madrasah mampu menjadi lembaga pendidikan yang kompetitif, dengan proses belajar mengajar yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didik," katanya.
Sedangkan Kepala Seksi Pendidikan Islam, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jembrana Asmara mengatakan, pihaknya mendorong madrasah untuk menyusun dan melaksanakan program-program unggulan baik dari sisi akademis maupun non akademis, sehingga muncul bibit-bibit bangsa yang unggul dan mampu bersaing.
"Jumlah madrasah di Kabupaten Jembrana terus bertambah. Tapi kami juga tidak sembarangan mengeluarkan izin operasional, karena ada persyaratan yang harus dipenuhi baik administrasi maupun fakta di lapangan," katanya.
Ketua KKMI Bali Rahmat mengatakan, kegiatan ini menjadi yang pertama kali menggabungkan lomba Pramuka dengan olimpiade, dengan 61 MI sebagai pesertanya.
Karena baru pertama kali, ia mengakui, masih banyak evaluasi yang harus dilakukan, termasuk waktu kegiatan yang lebih belakangan dibandingkan olimpiade madrasah tingkat nasional.
"Idealnya, kegiatan ini dilakukan sebelum olimpiade tingkat nasional tersebut, sehingga bisa menjadi salah satu tolok ukur Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali, untuk menjaring wakil yang akan dikirim ke ajang tersebut. Mudah-mudahan tahun depan bisa kami lakukan," katanya.
Pantauan di lapangan, ratusan murid MI melakukan berbagai lomba berbasis Pramuka maupun pendidikan akademis, yang berlangsung mulai Sabtu (20/8) hingga Minggu (21/8).(GBI)
Patriotisme Pendidikan Wajib Murid Madrasah
Minggu, 21 Agustus 2016 15:24 WIB