Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 31 seniman yang tergabung dalam wadah "Amarawati Art Community: Komunitas Perupa Tampaksiring" menggelar pameran bersama di Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar, selama sepuluh hari, 19-29 Agustus 2016.
"Pameran tersebut mengusung tema `Peradaban Air: Pakerisan-Petanu-menyuguhkan 30 karya lukis, enam karya fotografi dan dua karya seni patung," kata Kurator pameran tersebut Made Susanta Dwitanaya di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, seluruh seniman berupaya menginterpretasi peran sentral "Air" dalam peradaban Bali, khususnya di Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Mereka memiliki kecenderungan stilistik dan karakter visual tersendiri dalam menfasirkan tematik melalui medium seni visualnya masing-masing.
"Pameran bersama itu menghadirkan kekayaan sudut pandang dari masing-masing senimannya dalam merespon tema tentang Peradaban Air. Ada yang mengetengahkan aspek spiritual, mitologis, historis, ekologis, maupun sosial," ujar Susanta.
Seniman yang menggelar pameran bersama tersebut antara lain I Made Suwisma, I Wayan Arya Aripta Guna, I Putu Edy Asmara Putra, I Made Muliana "Bayak ", I Nyoman Suarnata, Ida Bagus Ketut Djiwartem, Pande Wayan Suputra, I Made Kartiyoga, I Wayan Arinata, I Made Renaba, Ngakan Ketut Parweka dan Ida Bagus Sudana Astika.
Selain itu juga Ida Bagus Asmara Wirata, Ida Bagus Dewangkara, Dewa Gede Saputra, Ngakan Agus Artha Wijaya, Jro Mangku Jiwatman, Ni Komang Atmi Kristiadewi, Ni Nyoman Kartika Tri Dewi, I Made Sudiana "Pedjeng", I Nyoman Kandika, I Made Suwi, I Made Adi Putra Sentana, I Made Ardiana, I Gede Arya Danu Palguna, I Wayan Gede Kesuma Dana, Jro Mangku Nyoman Sutrisna, I Wayan Gede Suwahyu, I Ketut Darmayasa, Putu Krisna Soma Mayudata dan Damar Langit Timur.
Made Susanta Dwitanaya menjelaskan, serangkaian pameran tersebut akan dilaksanakan pula diskusi dan workshop seni rupa pada Minggu (28/8).
Para perupa akan berbagi pandangannya tentang proses kreatif mereka selama ini, terutama dalam merespon tematik seputar Peradaban Air di tanah kelahiran mereka, Tampaksiring.
Sementara workshop akan mengetengahkan praktik plasticology bersama Made Muliana "Bayak" dan melukis kober di bawah arahan Ida Bagus Dewangkara.
Made Susanta Dwitanaya mengharapkan, melalui karya-karya dua dimensi yang dipamerkan tercermin bahwa para seniman Tampaksiring tidak hanya terkungkung oleh kebesaran masa lalu berupa tinggalan historis atau jejak arkeologis, namun juga merayakan kekinian sebagai pencipta yang merdeka.
Peninggalan-peninggalan kerajaan Bali Kuno atau kerajaan Bali pra Majapahit, banyak ditemukan di daerah dataran tinggi dan sepanjang daerah aliran sungai, terutama Pakerisan, Petanu, Tampaksiring, Pejeng, hingga Bedulu (Gianyar) dan juga di sekitar wilayah Kintamani Kabupaten Bangli.
Banyak tinggalan arkeologi dan jejak historis di wilayah tersebut, mencerminkan kepercayaan masyarakat Bali yang menganut agama Hindu, pada beberapa teks lontar sering disebut sebagai Agama Tirtha, dimana air merupakan unsur penting dalam setiap ritual keagamaan.
Sejumlah candi yang dapat ditemui di wilayah itu antara lain Candi Gunung Kawi, Candi Kerobokan, Candi Kelebutan, dan Candi Jukut Paku.
"Pameran yang melibatkan puluhan seniman kali ini ada kaitan dengan peristiwa sebelumnya, yakni pameran `Mahendradatta: Jejak Arkeologis dan Sosok Historis`
kerja sama Bentara Budaya Bali dengan Balai Arkeologi Denpasar," Made Susanta Dwitanaya. (WDY)