Mangupura (Antara Bali) - Sejumlah pengusaha muda di Kabupaten Badung, Bali, tertarik memasarkan kopi organik khas Desa Plaga, Kecamatan Petang, karena memiliki cita rasa yang unik sehingga diminati wisatawan mancanegara yang datang ke Pulau Dewata.
"Kopi yang saya jual memiliki cita rasa yang berbeda dari kopi daerah lainnya, sehingga banyak disukai wisatawan karena memiliki cita rasa dan aroma yang khas," ujar I Made Sidi Sulawa, Pengusaha Resto Kopi di Kawasan Pantai Brawa, Desa Canggu, di Mangupura, Selasa.
Ia mengatakan, jenis kopi organik khas Desa Plaga, Badung, Bali, memiliki aroma yang khas karena saat pemupukan pohon kopi itu tidak menggunakan bahan kimia.
"Kopi dari Desa Plaga ini memiliki karakter rasa buah saat dirosting, sehingga memiliki cita rasa tersendiri," ujar pria yang mengaku baru 15 bulan merintis usaha kedai kopi itu.
Pihaknya juga melihat bagaimana proses pengolahan kopi yang dia gunakan tersebut, karena para petani di daerah itu mengolah kopinya masih menggunakan cara tradisional sehingga rasanya lebih unik dari kopi daerah lainnya.
Pria asal Desa Belok Sidang, Kecamatan Petang, Badung itu, juga mengakui belajar meracik kopi dari orang tuanya yang juga sebagai petani kopi di daerah itu.
"Melalui bisnis kopi organik ini, saya ingin pertanian kopi di Desa Belok Sidan dikenal banyak orang hingga ke mancanegara," ujarnya.
Ia mengakui, omzet penjualan kopi dikedainya dalam sebulan mencapai Rp100 juta, karena pembeli yang datang rata-rata wisatawan mancanegara. "Kami hanya memiliki delapan pegawai yang siap melayani pelanggan yang datang," ujarnya.
Hal senada diungkapakan, Sang Made Agustina, pria asal Desa Plaga, Kecamatan Petang, Badung, yang memiliki usaha kopi organik berlabel Nort Hill (dataran tinggi utara) mengakui banyak diminati tamu domestik dan mancanegara.
"Kopi jenis arabika dan robusta ini kami datangkan dari Desa Plaga, yang diolah secara khusus dan memiliki cita rasa yang khas," ujar pria yang juga memiliki usaha penjualan kopi kemasan di Ubud itu.
Ia mengakui, usaha kopi yang baru digelutinya selama satu tahun itu, mampu menjual kopi organiknya 100 kilogram per bulan dengan omzet penjualan mencapai Rp12 juta.
Untuk ekspansi pemasaran, pihaknya optimistis penjualan kopi miliknya akan terus meningkat, karena saat ini juga bekerja sama dengan pengusaha asal Jakarta untuk pemasaran kopi tersebut. (WDY)