Jakarta (Antara Bali) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan upaya patroli bersama antara TNI dan militer Filipina harus segera direalisasikan, karena jika tidak maka FIlipina sendiri yang akan menderita karena pasokan batu bara ke negara itu menjadi terbatas.
"Realisasikan kesepakatan bersama itu lewat patroli bersama, pengawalan. Karena Filipina juga akan menderita nanti. Begitu kita stop batu bara, maka listrik di bagian selatan itu mati semua karena di situ ada pembangkit yaitu batu bara dan geotermal," kata Wapres Jusuf Kalla di Jakarta, Selasa.
Pemerintah Indonesia mendesak segera dilaksanakan kegiatan patroli bersama dan pengawalan terhadap kapal-kapal pengangkut komoditas ekspor dari Indonesia ke Filipina supaya perdagangan dan perekonomian di kedua negara itu berjalan lancar.
Apabila kapal-kapal pengangkut batu bara dari Indonesia mendapat pengawalan dari militer, maka potensi perompakan oleh kelompok radikal akan terminimalkan.
"Kalau batu bara ini langka (di Filipina), ini mungkin separuh (pasokan) listrik di bagian selatan Filipina itu akan berhenti. Jadi jangan lupa bahwa Filipina juga punya risiko," jelasnya.
Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia meminta Filipina untuk menjamin pengiriman ekspor dengan segera melakukan kerja sama militer yakni melalui patroli bersama dan pengawalan militer.
"Kalau Anda (Filipina) tidak menjamin, bagaimana kita bisa mengirimkan barangnya. Jadi memang sekarang Indonesia memberikan tanggung jawab ke Filipina itu," ujar Wapres Kalla.
Pada 23 Juli 2016, Kementerian Luar Negeri RI mendapatkan konfirmasi terkait penyanderaan terhadap tujuh anak buah kapal (ABK) berkewarganegaraan Indonesia yang membawa Kapal Tugboat Charles 001 dan Kapal Tongkang Robby 152 di perairan Filipina.
Penyanderaan di Laut Sulu itu terjadi dalam dua kejadian, yaitu pada 20 Juni pukul 11.30 waktu setempat dan pukul 12.45 waktu setempat oleh dua kelompok bersenjata yang berbeda.
Pada saat kejadian, kapal tersebut berisi 13 orang ABK yang enam di antaranya dibebaskan oleh perompak sambil membawa kedua kapal tersebut ke Samarinda, Kalimantan Timur.
Ini merupakan penyanderaan terhadap WNI yang ketiga kalinya di perairan Filipina oleh kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Sementara itu, penyanderaan terhadap WNI oleh kelompok Abu Sayyaf juga terjadi di Sabah, Malaysia pada Selasa siang (5/7) waktu setempat. (WDY)
Wapres: Penundaan Patroli Bersama Rugikan Filipina
Selasa, 12 Juli 2016 13:11 WIB