Denpasar (Antara Bali) - Bali meraih devisa dari ekspor berbagai jenis cinderamata berbahan baku anyaman bambu sebesar 812.531 dolar AS selama bulan Februari 2016, meningkat 38,06 persen dibanding bulan sebelumnya (Januari 2016) yang hanya tercatat 588.556 dolar AS.
"Namun perolehan devisa tersebut turun 17,37 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya (Februari 2015) yang tercatat mengantongi sebesar 983.388 dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Ir Adi Nugroho MM di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, cinderamata dari bahan anyaman tersebut memberikan kontribusi 2,01 persen dari total ekspor Bali sebesar 40,33 juta dolar AS, meningkat 11,44 prsen dibanding bulan Januari 2016 yang tercatat 36,19 juta dolar AS.
Adi Nugroho menambahkan, komoditas anyaman hasil industri kerajinan skala rumah tangga paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yakni sebesar 28,98 persen, menyusul Spanyol 15,20 persen, Perancis 7,70 persen, Jepang 6,97 persen, Australia 2,91 persen, China 3,31 persen, Hong Kong 0,03 persen, Italia 1,05 persen dan Jerman 3,20 persen.
Sedangkan sisanya 30,35 persen menembus berbagai negara lainnya di belahan dunia, karena aneka jenis cinderamata anyaman hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin sangat diminati konsumen mancanegara.
I Ketut Sudharma (45) seorang eksportir aneka kerajinan bambu di Ubud, Kabupaten Gianyar menjelaskan, aneka kerajinan buatan masyarakat seperti perabotan rumah tangga dari anyaman bambu yang dipadukan dengan rotan, sumpit yang dibuat dengan artistik dari bahan baku kayu hitam yang dilapisi perak berukir khas Bali menembus pasaran luar negeri.
Selain itu juga aneka jenis patung yang unik, khas dan menarik yang dibuat dari akar bambu menembah pesatnya perolehan devisa, karena karya seni itu sangat diminati pencinta seni di mancanegara.
Soal harga tidak terlalu masalah bagi konsumen luar negeri, khususnya asal Amerika Serikat dan Jepang yang banyak membeli jenis matadagangan tersebut, yang penting barang dibuat dalam bentuk praktis dengan mengikuti pola hidup masyarakat yang mengutamakan masalah mutu.
Perajin Bali cukup kreatif dalam menghasilkan matadagangan anyaman dengan mengkombinasikan antara bambu dengan rotan maupun pandan sehingga mampu menghasilkan matadagangan yang lebih unik dan menarik, ujarnya. (WDY)