"Namun, perolehan devisa tersebut dibandingkan dengan bulan sebelumnya menurun 198.460 dolar AS, atau 13,77 persen, karena pengiriman hasil anyaman industri rumah tangga itu pada bulan April 2017 menghasilkan sebesar 1,44 juta dolar AS," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali I Nyoman Gede Subadri di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, hasil anyaman itu mampu memberikan kontribusi sebesar 2,53 persen dari total nilai ekspor Bali yang mencapai 49,13 juta dolar AS selama bulan April 2018, meningkat 9,02 juta dolar AS atau 22,50 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 40,10 juta dolar AS.
Namun perolehan nilai ekspor Bali tersebut dibandingkan dengan bulan sebelumnya menurun 9,91 juta dolar AS atau 16,79 juta dolar AS, karena pada Maret 2018 menghasilkan 59,04 juta dolar AS.
Gede Subadri menambahkan, aneka jenis cendera mata berbahan baku anyaman hasil industri skala rumah tangga itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat 22,19 persen, Perancis 11,07 persen, Jepang 7,21 persen dan Spanyol 7,53 persen.
Sedangkan sisanya diserap pasaran Singapura 2,32 persen, China 0,88 persen, Australia 4,71 persen, Hong Kong 4,36 persen, Jerman 2,97 persen, Belanda 4,28 persen dan sisanya 32,48 persen ke berbagai negara di belahan dunia.
Hasil kerajinan anyaman yang digeluti para perajin di daerah perdesaan, khususnya di Kabupaten Gianyar, Bangli dan Karangasem itu merupakan salah satu dari 17 jenis komoditas hasil kerajinan skala rumah tangga yang mampu menembus pasaran luar negeri.
Hasil kerajinan anyaman itu dikombinasikan dengan rotan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin setempat yang cukup diminati konsumen mancanegara, maupun wisatawan saat menikmati liburan di Pulau Dewata.
Kerajinan tersebut antara lain berupa perabotan rumah tangga dari anyaman bambu kombinasi rotan, aneka jenis patung yang unik, khas dan menarik dibuat dari akar bambu.
Perajin biasanya membuat barang tersebut dalam bentuk praktis sehingga mudah mengirimkannya ke pasaran luar negeri, ujar Adi Nugroho. (WDY)