Denpasar (Antara Bali) - Subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) dalam pembentuk nilai tukar petani (NTP) di Bali andilnya menurun sebesar 0,27 persen dari 99,94 persen pada bulan Januari 2016 menjadi 99,67 persen pada Februari 2016.
"Menurunnya NTP-Pr itu dipicu oleh naiknya indeks yang diterima petani (lt) sebesar 0,03 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Ir Adi Nugroho, MM di Denpasar, Sabtu.
Ia mengatakan, sedangkan indeks yang dibayar petani (lb) mengalami kenaikan lebih besar yakni 0,30 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya indeks yang diterima petani antara lain kelapa, kopi dan biji jambu mete.
Pada sisi lain kenaikan pada indeks yang dibayar petani dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,25 persen serta biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) 0,49 persen.
Adi Nugroho menjelaskan, subsektor perkebunan merupakan salah satu dari lima subsektor yang menentukan pembentukan NTP Bali yang terdiri atas empat subsektor mengalami penurunan dan satu-satunya sektor peternakan yang mengalami peningkatan.
Empat subsektor yang mengalami penurunan selain subsektor perkebunan juga hortikultura sebesar 0,73 persen, tanaman pangan 1,59 persen dan subsektor perikanan 1,49 persen.
Satu-satunya subsektor peternakan yang terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak lainnya mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen, ujar Adi Nugroho. (WDY)
Perkebunan Bentuk NTP Bali Turun 0,27 Persen
Sabtu, 9 April 2016 12:18 WIB