Jakarta (Antara Bali) - Kepala Divisi Humas Kepolisian Indonesia,
Inspektur Jenderal Polisi Anton Charliyan, mengatakan, tidak ada satupun
anggota Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian Indonesia yang
menembak almarhum terduga teroris dari Klaten, Jawa Tengah, Siyono.
"Opini
yang berkembang bahwa SY (Siyono) ditembak. Sekarang (kasus) dibuka
lagi dengan diautopsi, yang dicari apakah ada luka tembak? Nggak ada
itu. Nggak ada luka tembak," kata Charliyan, di Jakarta, Selasa.
Kendati demikian dia membenarkan, dalam hasil visum jenazah Siyono, ada tulang Siyono yang patah. "Memang
ada satu tulang rusuk yang patah. Ini karena berkelahi dengan petugas
di kendaraan. Sedangkan tulang-tulang yang lain masih utuh," katanya.
Pihaknya
pun menyesalkan kematian Siyono. Pasalnya Siyono merupakan saksi kunci
bagi kepolisian untuk mengungkap gerakan New Jamaah Islamiyah (JI).
"Kami
turut berduka atas meninggalnya Siyono. Tapi ini bukan disengaja, tapi
insiden. Dia menyerang (petugas) duluan, mau rebut senjata sehingga
berkelahi," katanya.
Penangkapan Siyono merupakan hasil
pengembangan dari penangkapan sembilan orang anggota organisasi Jamaah
Islamiyah (JI) pada Mei 2014.
Kemudian, dari penangkapan
tersebut, tiga orang lain dibekuk, yakni AW alias TG, BR dan
DN. "Berdasarkan keterangan dari tiga orang, terutama AW, terungkap
Siyono menyimpan senjata," katanya.
Terduga teroris Siyono, warga
Dukuh, Desa Pogung, Kabupaten Klaten setelah ditangkap oleh Densus 88
Mabes Polri dikabarkan meninggal dunia di Jakarta, Jumat (11/3). Pihak keluarga, terutama istri Siyono, Suratmi, meminta keadilan terkait dengan meninggalnya suaminya. (WDY)
Polisi Nyatakan Siyono Meninggal Bukan karena Ditembak
Selasa, 5 April 2016 16:40 WIB