Jakarta (Antara Bali) - Kiprah perempuan Indonesia terutama dalam sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dibahas dalam konferensi pemberdayaan perempuan ke 60 atau CSW60 yang diselenggarakan di Markas Perhimpunan Bangsa-bangsa (PBB), New York, 14-24 Maret.
"Pemberdayaan perempuan terutama dalam sektor ekonomi menjadi bahasan pokok dalam konferensi itu," ujar Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo di Jakarta, Sabtu.
Konferensi itu juga dihadiri sejumlah perwakilan dari Indonesia seperti Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, senator Gusti Kanjeng Ratu Hemas, perwakilan dari Mustika Ratu yakni Putri Kusuma Wardani dan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Budi Bowoleksono.
Dia mengatakan pelaku UMKM di Tanah Air Indonesia telah memberikan kontribusi yakni lebih dari setengah PDB dan menyerap lebih dari 90 persen dari angkatan kerja.
"Sekitar 60 persen dari pelaku UMKM adalah perempuan dan terus meningkat delapan persen setiap tahunnya."
Hal itu berarti pertumbuhan ekonomi akan secara signifikan berdampak di masa depan dengan kemampuan perempuan yang dimiliki perusahaan untuk tumbuh dan berkembang.
Meskipun jumlah UMKM yang dimiliki kaum perempuan berkembang, lanjut dia, tapi masih ada tantangan dalam membangun dan memperluas potensi perempuan.
"Kami mengidentifikasi tantangan-tantangan tersebut dan menjembatani untuk menjadi tumbuh lebih baik dan untuk menemukan solusi."
Dia menambahkan banyak hal yang dihadapi kaum perempuan di negara berkembang seperti tekanan ekonomi, kebijakan pemerintah, latar belakang budaya sosiokultural dan kondisi dalam negeri.
"Ketidaksetaraan gender membuat mereka semua lebih buruk terutama memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negar," lanjut dia.
Selain itu, kurangnya kesempatan pendidikan dan pelatihan, khususnya di daerah pedesaan adalah tantangan bagi perempuan.
"Pendidikan dan pengembangan keterampilan dalam menghasilkan lebih banyak kesempatan bagi perempuan untuk menjadi pengusaha sukses tidak dapat diremehkan," kata dia.
Memperluas peluang ekonomi perempuan, sambung dia, merupakan hal mendasar untuk pembangunan berkelanjutan. Dengan memperkuat posisi perempuan dalam masyarakat dan ekonomi, maka akan memiliki efek domino pada banyak tujuan pembangunan berkelanjutan, terutama pada kemiskinan, kelaparan, kesehatan dan pendidikan.
"Perempuan pengusaha bisa memberikan pengalaman mereka kepada generasi muda, anak-anak mereka bahkan cucu, sehingga tercipta suatu siklus yang positif," tukas dia. (WDY)
Kiprah Perempuan Indonesia Dibahas di Markas PBB
Sabtu, 19 Maret 2016 10:37 WIB