Beijing (Antara Bali) - Kementerian Pertahanan menjajaki sistem
pertahanan udara terintegrasi dan penangkis serangan udara buatan
Tiongkok guna memaksimalkan pertahanan obyek vital dan pertahanan
pangkalan Pasukan KhasTNI Angkatan Udara.
"Penjajakan ini merupakan bagian upaya untuk memenuhi kebutuhan
alat utama sistem persenjataan TNI sesuai Rencana Strategis 2015-2019,"
kata Direktur Jenderal Perencanaan Kementerian Pertahanan RI Marsekal
Muda TNI M Syaugi kepada Antara tentang kunjungan kerjanya di Tiongkok
pada 25 Februari hingga 1 Maret 2016.
Selama ini, dia menjelaskan, TNI Angkatan Udara telah
menggunakan penangkis serangan udara Oerlikon SkyShield MK2 buatan Swiss
untuk Detasemen Hanud 473 Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara di
Pontianak.
Di Tiongkok, Kementerian Pertahanan RI menjajaki sistem
pertahanan udara terintegrasi AF902 FCS serta Penangkis Serangan Udara
(PSU) Twin35MM.
"Berdasar paparan dan display yang ditampilkan, sistem pertahanan
udara yang ditawarkan cukup bagus begitu pun dengan PSU-nya yang
memiliki daya ledak, daya jangkau, akurasi serta presisi bagus, tidak
kalah dengan Oerlikon," kata Syaugi.
"Kita berhak mengadakan alat utama sistem persenjataan dari
negara mana pun, asalkan sesuai dengan spesifikasi teknis dan kebutuhan
operasi pengguna yakni TNI," katanya.
Yang tidak kalah penting, menurut dia, setiap pengadaan alat
utama sistem persenjataan termasuk dari mancanegera harus menyertakan
alih teknologi dan kualitas yang terjamin.
Senjata penangkis serangan udara Twin35 MM jarak efektifnya
empat kilometer, dilengkapi dengan sensor unit dan dalam satu menit
dapat menembakkan 550 butir peluru. (WDY)
Indonesia Jajaki Penangkis Serangan Udara Buatan Tiongkok
Selasa, 1 Maret 2016 15:15 WIB