Sanur (Antara Bali) - Peluang pasar internasional ikan hias laut dan terumbu karang budidaya Indonesia masih sangat besar, dengan nilai mencapai belasan juta dolar Amerika Serikat per tahun.
"Indonesia negara pengekspor penting perdagangan biota akuarium laut di dunia dalam 20 tahun terakhir," kata kata pegiat LSM lingkungan LINI, Gayatri, di Sanur, Bali, Senin.
Menurut InfoFish 2008, nilai ekspor perikanan hias Indonesia pada 2006 mencapai 8,9 juta dolar AS. Jumlah ekspor itu, katanya, berpotensi untuk ditingkatkan lagi karena luas wilayah laut Indonesia sangat luar biasa dan terletak di garis ekuator yang selalu hangat sehingga ideal bagi pengembangbiakan ikan hias laut dan biota hias laut lain.
Indonesia, menurut Gayatri, memiliki jenis dan variasi ikan hias beragam, yang diburu para kolektor baik didalam dan luar negeri.
Pasar ikan hias laut juga cenderung stabil, karena hobi memelihara dan merawat akuarium air laut di seluruh dunia terbukti tidak rentan terhadap perubahan negatif kondisi ekonomi.
Buktinya, pada saat krisis keuangan yang berasal dari Amerika Utara terjadi beberapa tahun lalu, volume ekspor ikan hias laut tetap tinggi dan para penggemar tidak surut dari aktivitas itu.
"Hobi memelihara ikan hias masih merupakan hobi populer. Di Amerika Serikat, hobi ini menempati urutan kegemaran kedua setelah fotografi," katanya.
Meskipun memiliki cadangan yang melimpah, perolehan devisa negara dari bisnis tersebut masih belum banyak. Indonesia juga belum bisa menguasai pasar dunia.
"Nilai ekspor ini berada di bawah nilai ekspor negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Padahal wilayah perairan laut mereka sangat lebih kecil dan sumber daya alam yang lebih terbatas," kata Gayatri.
Di tingkat dunia, Singapura masih mampu mempertahankan perannya sebagai pusat penampungan dan penyebaran serta perdagangan ikan hias laut dan biota laut. Mereka telah memiliki infrastuktur dan jaringan yang sangat baik dan sulit untuk diambil alih, padahal Indonesia memiliki potensi besar ke arah itu.
Wilayah pemanfaatan perikanan hias laut tersebar Indonesia sangat luas, mulai dari Pulau Sabang di Aceh sampai Pulau Biak Numfor di Propinsi Papua, demikian juga jika dimulai dari utara, yaitu di perairan Provinsi Gorontalo hingga perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan pemanfaatan perikanan hias itu juga sulit mengawasinya karena sangat rentan terhadap penerapan dan pemakaian bahan-bahan kimia perusak lingkungan. Kerusakan itu makin parah karena cara-cara pengambilan obyek ekonomi itu yang serampangan.
Pemanfaatan yang tidak diatur menurunkan populasi jenis-jenis tertentu, karena penangkapan berlebih dan penanganan paska penangkapan yang tidak mengikuti cara-cara yang baik.
Di sisi lain, kegiatan pemanfaatan perikanan hias ini sumber mata pencaharian bernilai tinggi bagi masyarakat pesisir. Mereka pada umumnya tidak mempunyai pilihan lain.
"Upaya pencegahan semakin meluasnya kerusakan pada ekosistem laut yang diakibatkan oleh pemanfaatan perikanan hias ini harus segera dilaksanakan. Penggemar akuarium laut bisa berperan aktif melalui dengan memanfaatkan biota laut yang berasal dari budidaya," katanya.(*)