Perpaduan sawah yang berundak-undak, lembah, pesisir pantai dan gunung menjadi satu kesatuan panorama alam yang menambah daya tarik Bali, di samping keunikan seni budaya yang diwarisi masyarakatnya setempat.
Bali hanyalah sebuah pulau kecil dengan luas 5.632,86 kilometer persegi atau 0,29 persen dari luas daratan Nusantara, memiliki kelengkapan berbagai unsur yakni empat danau, tiga gunung, puluhan sungai dan kawasan hutan yang memanjang dari pesisir barat hingga timur.
Keanekaragaman seni budaya serta kegiatan ritual yang kokoh dalam hidup keseharian masyarakat Pulau Dewata, selain menambah daya tarik juha menjadi inspirasi bagi seniman, termasuk orang asing untuk menghasilkan karya seni yang bermutu dalam bidang tabuh, tari, seni sastra, karya lukisan maupun untuk menulis buku.
Dengan demikian wisatawan mancanegara yang berulang kali menghabiskan liburan di Pulau Seribu Pura tidak pernah merasa bosan dan jenuh, karena selalu akan menemukan suasana baru serta atraksi yang unik dan menarik untuk dinikmati.
Atas kondisi Bali yang demikian itulah kini kembali terpilih sebagai pulau terbaik kedua di dunia yang versi Majalah Travel+Leisure Amerika Serikat, tutur Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali AA Gede Yuniartha Putra.
Hasil survei Majalah Travel+Leisure, urutan peringkat pulau terbaik di dunia ialah: Galapagos Islands - Equador (score: 90,82), Bali - Indonesia (score: 88,98), Maldives (score: 88,53), Tasmania - Australia (score: 88,32), Santorini - Yunani (score: 87,93), Moorea - French Polynesia (score: 87,90), Maui - Hawaii (score: 87,89), Kauai - Hawaii (score: 87,88), Great Barrier Reef Australia (score: 87,31), dan Malta (score: 86,90).
Jika didasarkan peringkat pulau terbaik di Asia versi Majalah Travel+Leisure, maka urutannya adalah Bali - Indonesia (score: 88,98), Maldives (score: 88,53), dan Phuket - Thailand (score: 79.22).
Atas prestasi gemilang yang dicapai Bali tersebut Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan, masyarakat jangan sampai terlena dalam menjaga kualitas pariwisata dan SDM.
Dibalik prestasi itu tentu saja membuat "semut" semakin banyak datang. Itu yang harus dipikirkan dan apa yang harus dilakukan. Yang penting tidak boleh terlena, tidak boleh diam dan harus terus meningkatkan kualitas pariwisata yang menjadi daya tarik wisatawan untuk tetap menjadikan Bali sebagai tempat berlibur yang aman dan nyaman.
Sesungguhnya predikat tersebut, bukan sekadar kebanggaan, namun memiliki sisi tanggung jawab agar jangan sampai tahun depan menjadi turun posisi dari saat ini. Kalau bisa naik nomor satu. Mestinya hal itu bisa diraih Bali.
Hal itu didasarkan atas Bali memiliki kekuatan untuk menjadi lebih baik seperti dari sisi sumber daya manusianya yang cerdas dan inovatif, pemandangan alam yang indah, dan juga cuacanya yang bersahabat.
Namun, Gubernur Pastika tidak memungkiri kalau Bali memiliki sejumlah persoalan, seperti masalah sampah dan kebersihan masih kerap dijumpai di sejumlah objek wisata di daerah ini.
Demikian juga masalah kemacetan yang disebabkan karena pertumbuhan kendaraan dan lalu lintas di Bali yang tidak seimbang dengan jumlah ruas jalan.
"Masalah lainnya, banyak pramuwisata kita yang belum mampu memahami persis budaya kita, bahkan ada yang tidak berlisensi Bali," ujarnya sembari menyebut ada kesulitan juga untuk penguasaan bahasa Mandarin dan Rusia dari pramuwisata asal Bali.
Tantangan bersama
Seorang pengamat pariwisata Dewa Nyoman Putra menilai, Bali meraih predikat sebagai pulau terbaik ke dua di dunia, selain menjadi kebanggaan juga banyak tantangan dalam menjaga keutuhan pulau mungil itu.
Para investor yang bergerak dalam dunia pariwisata perlu membina diri sehingga dalam mengembangkan usahanya mampu menarik lebih banyak turis asing ke Bali, ikut membina dan mengembangkan potensi yang ada sesuai alam lingkungannya.
"Jangan sampai pemilik modal dengan membangun sarana dan prasarana pengembangan sektor pariwisata justru merusak tatanan yang ada, dengan melanggar aturan yang ada, merusak budaya masyarakat, sehingga turis bosan datang ke Bali," ujar Putra yang juga praktisi pariwisata.
Hal itu ditekankan, sehubungan pujian yang diterima Bali itu tentu akan menarik minat masyarakat internasional untuk mengunjungi sekaligus menikmati alam Pulau Dewata, karena banyaknya kunjungan itu bisa saja kurang perhatian terhadap norma-norma yang ada.
Ini salah satu tantangan yang harus diperhatikan oleh pemerintah, komponen pariwsata yang sudah ada di sini sehingga kepercayaan yang diberikan masyarakat dunia kepada Pulau Bali yang dinilai indah alamnya, unik budayanya, dan ramah tamah masyarakatnya tetap dikunjungi turis.
"Kita harus yakin potensi wisata yang ada seperti snorkling, keindahan wisata selam, yang perlu diperhatikan supaya tidak kalah dengan yang akan dikembangkan pemerintah seperti dua destinasi baru yakni Rajaampat dan Pulau Komodo," katanya.
Berkat orang asing
Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Indonesia Neger (IHDN) Denpasar Dr I Ketut Sumadi menambahkan dikenalnya Bali oleh masyarakat dunia awalnya dipromosikan oleh orang asing.
Lewat tulisan, buku, karya seni, pementasan tabuh dan tari Bali ke berbagai negara di belahan dunia sejak 1930 jauh sebelum Indonesia merdeka mampu mencitrakan Bali hingga dikenal masyarakat mancanegara.
Miguel Covarrubias, seorang penulis, pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko misalnya pada tahun 1930 atau 84 tahun yang silam sempat menetap di Bali dan menulis buku berjudul "Island of Bali".
Walter Spies dan Miguel Covarrubias, dua warga negara asing yang "melarikan diri" dari Eropa pada perang dunia pertama bertemu di Bali yang akhirnya menemukan ketenangan dan kedamaian. Mereka lewat keahliannya masing-masing memperkenalkan pesona seni budaya dan tari Bali kepada dunia barat hingga akhirnya pariwisata Bali berkembang pesat seperti sekarang.
Oleh sebab itu orang Bali termasuk para pendatang dari luar Bali perlu memahami dengan baik tentang istilah cakra yadnya yang dalam implementasinya sejalan dengan konsep karma yoga dalam ajaran Agama Hindu yang dianut oleh warga desa adat (perkraman) di Pulau Dewata.
Karma yoga merupakan ajaran yang menuntun umat Hindu mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup melalui aktivitas kerja yang dilandasi hati suci dan tulus iklas. Oleh karena itu, aktivitas kepariwisataan yang berkembang pesat dan keagamaan sebagai suatu wujud kerja yang dilandasi dengan hati suci dan tulus ikhlas akan melahirkan kesejahteraan serta terjaganya religiusitas tanah Bali.
Sesuai konsep "Tri Hita Karana" (THK) hubungan yang harmonis dan serasi sesama manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa yang melandasi kehidupan Desa Adat di Bali, maka penghasilan yang diterima dari pariwisata juga dimanfaatkan untuk kepentingan pelaksanaan ritual dan pemugaran tempat suci, sehingga makna religius tetap terjaga.
Warga desa adat di Bali kini tidak lagi dipusingkan oleh beban biaya untuk keperluan pelaksanaan ritual dan aktivitas sosial budaya yang telah ditetapkan sebagai daya tarik wisata yang mampu memperpanjang waktu tinggal wisatawan di Pulau Dewata, ujar Ketut Sumadi. (WDY)
Bali Sebagai Pulau Berbaik Kedua Di Dunia
Minggu, 10 Januari 2016 19:28 WIB