Amlapura (Antara Bali) - Penjabat Bupati Karangasem Ida Bagus Ngurah Arda mengatakan anggaran dari pemerintah daerah untuk upaya pelestarian dan perawatan beberapa ragam pusaka di wilayahnya, masih tergolong terbatas.
"Padahal ada beberapa kendala dalam melestarikan pusaka, dan salah satu permasalahan yang dihadapi adalah masih terbatasnya anggaran dari pemerintah," ujar Ngurah Arda saat membuka International Symposium for the Asia Heritage Network 2016 di UKM Center Amlapura, Karangasem, Minggu.
Kendala lain yang dihadapi, lanjut dia, kondisi pusaka yang terdesak arus pembangunan fisik di sekitarnya. Akibatnya kondisi pusaka tidak lagi menarik.
Di samping itu, terkait kondisi usia dan sebagian merupakan peninggalan masa lampau, maka pusaka banyak yang mengalami kerapuhan.
"Masih minimnya pemahaman masyarakat tentang pusaka, membuat perawatan dan pelestariannya terkendala. Apalagi hingga kini belum ada lembaga yang berkonsentrasi secara intens untuk pelestarian pusaka," ucap dia.
Dikatakan Ngurah Arda, Kabupaten memiliki beragam pusaka. Di antaranya pusaka budaya (cultural heritage), pusaka alam (natural heritage) atau pusaka saujana. Keragaman pusaka ini diharapkan ke depan nanti makin mempopulerkan nama Kabupaten Karangasem di dunia internasional.
Secara geografis, Kabupaten Karangasem memiliki luas lahan 83.954 hektare, di mana lahan kering seluas 91,48 persen dan lahan basah mencapai 8,52 persen. Kabupaten ini terdiri atas delapan kecamatan, 78 desa/kelurahan dan dihuni 457.204 jiwa. Sebagian besar penduduk Karangasem berprofesi sebagai petani.
"Sebagai kabupaten paling timur di wilayah Bali dengan banyak objek pusaka, semoga nanti duta simposium ini berkenan datang kembali dengan mengajak kenalan atau keluarga. Banyak pilihan destinasi antara lain, melihat desa kuno di Tenganan, atau natural heritage berupa Kapal Liberty di Tulamben, hamparan sawah di Iseh dan lainnya," katanya, seraya mengucapkan terima kasih kepada duta 13 negara yang hadir pada simposium.
Masing-masing duta simposium adalah Australia, Inggris, India, Malaysia, Myanmar, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Hongkong, Singapura, Indonesia, Amerika Serikat, serta kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi.
Kegiatan simposium ini dilangsungkan dengan kerja sama Balai Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) serta didukung Machizukuri Centre dan Asia Centre (Japan Fondation). (WDY)
Pj Bupati Karangasem: Anggaran Pelestarian Pusaka Terbatas
Minggu, 10 Januari 2016 15:41 WIB