Denpasar (Antara Bali) - Pengamat ekonomi dari Universitas Udayana (Unud), Bali, Prof Dr Wayan Ramantha menyatakan bahwa penurunan harga elpiji ukuran 12 kilogram diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor konsumsi.
"Daya beli masyarakat secara umum menjadi meningkat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di sektor konsumsi," katanya di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, laju inflasi juga akan terjaga mengingat elpiji merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat.
"Inflasi akan terjaga karena elpiji termasuk kebutuhan primer," ucap Mantan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana itu.
Dengan penurunan harga elpiji ukuran 12 kilogram dan harga bahan bakar minyak (BBM), lanjut dia, diharapkan ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi Bali yang sebelumnya sempat dibayangi kelesuan pada tahun 2015.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali sebelumnya memprediksi pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata 2016 mencapai lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2015 sebesar 6,28 atau setidaknya sama dengan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014 yang mencapai 6,72 persen.
"Saya harap ini 2016 kami proyeksi pertumbuhan ekonomi bisa kembali seperti 2014 meskipun tantangan lebih besar atau diupayakan lebih tinggi dari 2015 sebesar 6,28 persen," ucap Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati.
PT Pertamina sebelumnya mengumumkan penurunan harga elpiji ukuran 12 kilogram berkisar antara Rp5.800-5.900 per tabung.
Harga jual LPG 12 Kg pada tingkat agen wilayah Bali menjadi Rp 127.500 per tabung dari harga sebelumnya Rp 133.400 per tabung. (WDY)
Penurunan Harga Elpiji Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Kamis, 7 Januari 2016 15:31 WIB