Denpasar (Antara Bali) - Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Kota Denpasar membuat film dokumenter tentang Pura Maospahit yang merupakan pura cagar budaya.
Kepala Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Kota Denpasar Putu Budiasa, disela-sela pemutaran perdana film dokumenter Pura Maospahit di Denpasar, Senin mengatakan pura yang telah dilindungi UU Cagar Budaya Nasional itu perlu dibuatkan dokumentasi film/video dan foto, sehingga masyarakat mengenal sejarah berdirinya pura tersebut.
"Kami sudah membuatkan dalam bentuk dokumentasi video/film maupun foto keberadaan Pura Maospahit itu," katanya.
Ia mengatakan dengan adanya dokumentasi berupa video, maka memberi kemudahan kepada masyarakat mengenal, termasuk para peneliti untuk melakukan penelitian.
Putu Budiasa menjelaskan keberadaan pura tersebut dalam bentuk sejarah maupun berdasarkan babad yang ada di Pura Maospahit.
Pura tersebut dikisahkan dalam Babad "Wongayah Dalem" yang dipandang sebagai Pura Maospahit. Pura ini didirikan oleh Sri Kebo Iwa tahun saka 1200, dalam perjalanannya ke daerah Badung untuk mengajarkan dan memimpin masyarakat Bali dalam membangun Pura Maospahit.
Candi Raras Maospahit merupakan cikal bakal sejarah pembangunan Pura Maospahit. Dimana candi ini merupakan pelinggih gedong menggunakan batu bata merah yang menghadap ke barat.
Awalnya Candi Raras Maospahit merupakan "pelinggih" atau stana Raja Kiyai Jambe Pule, karena itu dibuatkan pelinggih besar yang bentuknya gedong dengan membiarkan tempat aslinya berada di dalamnya.
Raja Kerajaan Bandana pada saat yang bersamaan, juga membangun Candi Raras Majapahit. Dalam membuat Gedong Candi Raras Maospahit dan Candi Gedong Majapahit. Raja Kerajaan Bandana mengutus abdinya yaitu I Pasek seorang ahli bangun, untuk mencari ukuran atau sikut ke Majapahit.
Pembangunan Candi Raras Majapahit dan Majapahit dan Candi Gedong Majapahit selesai pada tahun saka 1475 atau 1553 masehi.
Setelah pembangunan Candi Raras Maospahit dan Candi Raras Majapahit selesai, Raja Kerajaan Bandana kembali membangun bangunan suci lainnya yaitu sulu kembar atau bale kembar, pelinggih kebuyutan serta bagian pura lainnya.
Setelah pembangunan Pura Maospahit selesai I Pasek yang ahli di bidang bangunan diberi gelar Pasek Mancagraha Wangayah, kemudian dipersilakan untuk membangun rumah di sekitar pura. Keturunan I Pasek yang sampai saat ini menjadi pemangku di Pura Maospahit.
Budiasa lebh lanjut mengatakan keunikan dari Pura Maospahit di antaranya bentuk bagian dan bahan candi yang ada di dalamnya merujuk pada candi bentar Waringin Lawang, bekas Keraton Majapahit yang terdapat di Trowulan, Jawa Timur. Motif candi bentar yang menggunakan motif karang bintulu serta surya majapahit.
Bagian atas candi juga menandakan pura ini memiliki hubungan erat dengan kerajaan Majapahit.
"Menyandang status sebagai cagar budaya nasional, Pura Maospahit di Banjar Gerenceng tentu saja memiliki beberapa keunikan sampai saat ini masih bisa kita lihat," katanya.
Keunikan lainnya, kata Budiasa, Pura Maospahit ini pada candi bentar penghubung "jaba sisi" (pelataran luar) dengan jaba tengah (pelataran bagian tengah).
Pada candi ini terdapat relief Bima dan relief Garuda yang masih asli. Kemudian pada pilar-pilar tembok di sebelah utara dan selatan candi terdapat lima arca besar yang dikenal sebagai arca Panca Korsika. Tidak hanya itu keunikan lainnya terdapat pada candi kurung yang menghubungkan jaba tengah dengan jeroan.
Candi ini memiliki empat tingkatan dimana dibagian atasnya terdapat motif karang bintulu, serta surya majapahit yang sangat menandakan bahwa keberadaan pura ini erat hubunganya dengan majapahit.
Selain itu pada Candi Raras Maospahit terdapat dua buah arca tera kota dari tanah lihat dibuat bentuknya raksasa yang berbeda.
Budiasa menambahkan, Pura Maospahit di Banjar Gerenceng memiliki luas 77 are dan terbagi menjadi lima sisi disebut dengan Panca Mandala. Panca Mandala merupakan konsep pura yang menggambarkan arah mata angin, yaitu tengah, barat, timur, selatan dan utara.
"Pura Maospahit memiliki lima sisi dimana pura yang lainnya hanya memiliki tiga sisi, inilah keunikannya," katanya.
Dikatakan, begitu banyak keunikan yang dimiliki Pura Maospahit di Banjar Gerenceng, hingga membutuhkan waktu hingga tiga bulan membuat dokumentasi video pura itu.
Dengan rampungnya film yang berdurasi 30 menit ini, maka untuk memperkenalkan, BPAD akan mengundang siswa SD, SMP dan SMA/SMK se-Kota Denpasar, ke studio Kearsipan BPAD Kota Denpasar untuk menonton film dokumenter Pura Maospahit Banjar Gerenceng. (WDY)
BPAD Denpasar Dokumentasikan Cagar Budaya Pura Maospahit
Senin, 7 Desember 2015 21:24 WIB