Badung (Antara Bali) - Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta berharap pendamping Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri) mengajarkan tata kelola organisasi yang benar agar para pengurus unit penerima bantuan bisa tertib administrasi.
"Tata kelola administrasi yang benar membantu pengelola menentukan berapa besar hasil keuntungan yang bisa diraih atau kerugian yang dialami setiap bulannya. Hasil yang pasti tersebut, akan menentukan kesejahteraan para anggotanya," kata Sudikerta di sela-sela mengunjungi tiga unit Simantri di Badung, Minggu.
Menurut dia apabila keuntungan diperoleh maka para anggota bisa menikmati bagian lebih besar. Apabila mengalami kerugian, maka para anggota perlu meningkatkan kiat dan usahanya dalam mengelola program-program terintegrasi pada unit Simantri tersebut.
Di samping itu, tertib administrasi juga akan menghindarkan para pengelola dari masalah yang mungkin timbul kedepannya. "Para pendamping tolong nanti diajarkan administrasi yang benar kepada para pengelola Simantri, apa yang diinput pada pembukuannya harus benar antara pemasukan dan biaya-biaya yang dikeluarkan sehingga diketahui untung atau rugi," ujarnya.
Mantan Wakil Bupati Badung itu menambahkan tertib administrasi juga bermanfaat dalam pembuatan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Ternak yang mati ataupun sakit harus dibuatkan BAP disertai foto sebagai bukti untuk laporan.
"Jangan sampai dibiarkan, nanti bisa-bisa para pengelola terkena masalah apabila ada pemeriksaan. Jadi saya harapkan harus tertib administrasi," katanya.
Penerima program Simantri dari Pemprov Bali sebelumnya mendapatkan dana bantuan program masing-masing sebesar Rp225 juta dan program tersebut sudah diluncurkan sejak 2009.
Tiga lokasi simantri yang ditinjau Wagub Sudikerta secara maraton yakni dua simantri yang sudah berjalan yaitu Simantri 174 Gapoktan Dharma Pertiwi di Kelurahan Lukluk dan Simantri 085 di Desa Kuwum serta 1 Simantri Gapoktan Pula Kerthi yang masih dalam proses pembangunan di Desa Kuwum juga. Ketiga simantri tersebut berada di kecamatan Mengwi, Badung.
Dalam peninjauan tersebut beberapa perkembangan dan kendala-kendala disampaikan para pengelola Simantri, di antaranya, disampaikan Ketua Simantri 174 Gusti Susila Bawa.
Ia mengatakan ternak yang awalnya berjumlah 21 ekor (20 ekor betina plus 1 ekor pejantan), sudah berkembang biak yang menghasilkan 9 ekor anak sapi. Namun dari hasil perkembangbiakan tersebut, menurutnya 3 ekor mati karena mengalami keracunan.
Dari segi pemasaran pupuk organik, ia mengaku memperoleh keuntungan lumayan besar. Keuntungan dicapainya dari pemasaran pupuk yang diproduksi kelompoknya sendiri hampir 5 ton setiap hari dan juga memasarkan kembali pupuk yang didapat dari hasil kerja sama dengan simantri-simantri lain.
Begitu pun untuk bahan baku pupuk, ia mengaku juga mendapatkan pasokan kotoran dari simantri-simantri lainnya. Sedangkan kendala-kendala yang dialaminya yakni terkait pengolahan bio gas dan bio urine, yang susah dipasarkan karena peminatnya masih jarang. (WDY)