Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mendorong Perusahaan Daerah Air Minum di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar dapat mengoptimalkan pemanfaatan Sistem Penyediaan Air Minum Petanu dan Penet.
Pastika dalam Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Denpasar, Minggu mengatakan keluhan tersendatnya distribusi PDAM sesungguhnya tidak perlu terjadi kalau pihak PDAM di kedua wilayah tersebut dapat mengoptimalkan pemanfaatan kedua SPAM itu.
Dia mengemukakan, dengan kemampuan produksi masing-masing sebanyak 300 liter/detik, dua SPAM itu mampu menghasilkan air sebanyak 600 liter/detik. Keberadaan SPAM tersebut, memang khusus diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di kawasan Gianyar, Badung dan Denpasar.
"Namun sayangnya, keberadaan SPAM belum dimanfaatkan optimal oleh PDAM. SPAM Petanu misalnya, sudah dua tahun beroperasi, namun saat ini baru dimanfaatkan sebanyak 70 liter/detik. Sisanya sebanyak 230 liter/detik terbuang sia-sia ke laut," ucapnya.
Oleh karena itu, Pastika kembali mendorong PDAM di tiga kawasan itu dapat lebih maksimal memanfaatkan air yang dihasilkan SPAM Petanu dan Penet.
Apalagi secara ekonomis PDAM diuntungkan dengan mengambil air di SPAM tersebut. Pastika memberi ilustrasi, PDAM membeli air di SPAM seharga Rp2.700 setiap meter kubik. Sementara pihak PDAM menjual ke masyarakat seharga Rp4.000-5.000 setiap meter kubiknya.
Ia menegaskan, selain untung secara ekonomis, pemanfaatan air produksi SPAM juga merupakan bagian penting dari upaya optimalisasi pemanfaatan air permukaan. "Kita punya persediaan air permukaan yang cukup. Tak ada alasan kekurangan air," ucapnya.
Menurut dia, jangan sampai, tersendatnya distribusi dijadikan alasan pembenar oleh masyarakat atau pelaku usaha untuk lebih memilih memanfaatkan air bawah tanah dengan membuat sumur bor.
"Hal itu sangat berbahaya bagi lingkungan. Di bawah ini akan banyak rongga dan permukaan tanah makin menurun," kata Pastika.
Pada ajang PB3AS itu, sejumlah masyarakat menyampaikan keluhan terkait tersendatnya pelayanan air dari PDAM. Keluhan antara lain disampaikan Wayan Setiawan, seorang warga Desa Bongkasa, Kecamatan Abian Semal, Kabupaten Badung.
"Rumah saya dekat dengan Sungai Ayung yang notabene merupakan sumber mata air, namun belakangan air PDAM sering kecrat-kecrit (macet),"ujarnya.
Dia berharap PDAM Badung dapat mengatasi persoalan yang sangat merugikan masyarakat ini. "Airnya sering macet, tapi tagihannya lancar," selorohnya.
Hal serupa juga disinggung Edy, warga Kota Denpasar. Edy berpendapat, tenaga-tenaga teknis di PDAM harusnya dapat memanfaatkan keahliannya untuk mengatasi tersendatnya distribusi air. Dia juga menyarankan PDAM menerapkan teknologi yang lebih tepat guna untuk mengatasi persoalan ini. (WDY)