Jakarta (Antara Bali) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah meminta Kapolri untuk mengusut tuntas kasus penganiayaan dan pembunuhan aktivis petani di Lumajang, Jawa Timur, yang terjadi pada 26 September.
"Presiden sudah minta kapolri untuk mengusut pelaku penganiayaan. Saya kira kemarin sudah ditetapkan sejumlah tersangka," ujar Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki di kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa.
Teten juga mengatakan bahwa nantinya akan ada semacam panduan kepada kepolisian RI agar jangan menggunakan kekerasan terhadap konflik-konflik lahan antara masyarakat dengan pebisnis.
Kantor Kepala Staf Kepresidenan juga akan terus memantau penyelesaian kasus yang menewaskan seorang aktivis yang juga seorang petani, Salim Kancil setelah dianiaya sejumlah orang.
Teten juga menegaskan bahwa konflik agraria di Indonesia merupakan konflik gunung es karena sudah berlangsung sejak lama.
"Kalau kita lihat kasus-kasusnya sudah terjadi puluhan tahun jadi bukan konflik agraria yang baru, rata-rata puluhan tahun," ujar Teten.
Umumnya konflik agraria terjadi jika ada petani sudah lama menduduki lahan lalu mereka meminta penguasaan atas tanah tersebut, kemudian ada perusahaan yang mau ambil lahan itu, jelas Teten.
Salim Kancil (46), aktivis petani yang menolak penambangan pasir di Lumajang, Jatim, tewas setelah dianiaya oleh pendukung tambang di desa Selok Awar-awar.
Tidak hanya Salim, seorang petani lainnya Tosan juga dianiaya hingga kondisinya kritis karena luka bacokan.
Kedua korban merupakan petani yang dari awal menolak penambangan pasir di desanya karena dapat mengakibatkan kerusakan serta mengancam produksi pertanian di desanya.
Kegiatan penambangan dilakukan awal tahun 2014, ketika itu warga diundang kepala desa untuk sosialisasi pembuatan kawasan wisata tepi pantai obyek wisata Watu Pecak.
Namun tak pernah terealisasi, yang terjadi justru penambangan di area oleh sebuah perusahaan. (WDY)