Denpasar (Antara Bali) - Keluarga Made Suartawan (21), korban penyerangan massa pendukung Desa Adat Lemukih di Dusun Nyuh, Desa Lemukih, Kecamatan Sawan, Buleleng, berencana meminta bantuan pemerintah untuk mendapatkan biaya perawatan.
"Kami akan meminta kepada pemerintah untuk membantu biaya perawatan anggota keluarga kami yang menjadi korban penyerangan massa tersebut," kata Made Renawa (36), paman korban penyerangan tersebut di Singaraja, Minggu.
Namun demikian, ia mengaku tidak tahu harus mengajukan bantuan tersebut melalui instansi apa di pemerintahan. Selain itu, keluarga korban serangan pada Jumat (22/10) itu, juga tidak terlalu yakin jika pemerintah mau membantu biaya perawatan.
"Kami berharap pemerintah bersedia membantu meringankan beban yang harus ditanggung akibat konflik tersebut," ujarnya.
Pihaknya, katanya, akan sesegera mungkin mengajukan permohonan bantuan itu, namun sebelumnya akan menanyakan tata caranya ke aparat desa.
Dikatakan, kondisi keponakannya itu masih belum ada perkembangan yang berarti. Kondisinya masih lemah, meski saat ini sudah bisa bergerak dan kesadarannya mulai membaik.
"Mudah-mudahan kondisi keponakan saya cepat pulih kembali seperti biasanya, sehingga bisa segera berkumpul dengan keluarga kembali," katanya.
Sampai saat ini korban hanya berbaring lemah di bangsal Ruang Dahlia RSU Kertha Usada. Korban hanya bisa memejamkan matanya dan menahan sakit yang dialaminya dari luka bekas tusukan senjata tajam di punggungnya.
Sementara seluruh anggota dan kerabat korban terus menunggu perkembangan yang terjadi pada pemuda tersebut. Mereka tampak berkumpul di sekitar tempat korban dirawat.
Selain kerabat korban, banyak juga rekan-rekan korban yang datang menjenguk dan mereka pun mempunyai harapan yang sama, yakni agar rekannya tersebut cepat sembuh.
Seperti diberitakan sebelumnya, korban adalah salah satu korban dari konflik perebutan tanah antara kelompok Desa Adat Lemukih dengan warga pemegang sertifikat. Konflik tersebut sudah berlangsung hampir selama 30 tahun.
Konflik antarkelompok itu kembali pecah setelah massa pendukung Desa Adat Lemukih membakar rumah milik warga pemilik sertifikat tanah awal Oktober 2010. Hingga terakhir terjadi penyerangan terhadap warga di Dusun Nyuh.(*)