Denpasar (Antara Bali) - Petani Bali berhasil menerapkan proses produksi yang menghasilkan komoditas kopi bernilai ekonomis tinggi dan dengan pola ramah lingkungan.
Kabag Publikasi dan Dokumentasi pada Biro Humas dan Protokol Pemprov Bali I Ketut Teneng mengatakan Selasa, petani kopi Bali kini tidak lagi menggunakan pupuk produksi pabrik maupun zat kimia dalam membasmi hama penyakit.
Ia mengatakan, pengembangan tanaman kopi dipadukan dengan pemeliharaan ternak sapi, sehingga petani memperoleh keuntungan ganda, yakni hasil penggemukan sapi dan pupuk kandang untuk menyuburkan tanaman tersebut.
Pola pengembangan kopi yang demikian itu, menjadikan petani yang terhimpun dalam subak abian telah mendapat sertifikasi dalam proses produksi menggunakan pupuk organik.
"Kondisi tersebut sangat membantu dalam pemasaran produksi, terutama dalam menembus pasaran ekspor, karena konsumen di negara-negara maju sangat menyenangi produk yang diproses dengan ramah lingkungan," ujarnya.
Ia juga mengatakan, Bali mampu menghasilkan kopi sebanyak 13.800 ton pada 2009 dan produksi itu diharapkan meningkat selama 2010.
Kopi yang diproduksi Bali terdiri atas dua jenis yakni kopi arabika 3.300 ton atau 103 persen dari sasaran yang ditetapkan hanya 3.200 ton. Sedangkan kopi robusta sebanyak 10.500 ton atau 98 persen dari sasaran yang diharapkan bisa tercapai sebanyak 10.700 ton.
Bali hingga kini memiliki tanaman kopi seluas 30.029 hektare yang terdiri atas kopi arabika 8.197 hektare dan kopi robusta 23.832 hektare.
Sementara Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali Gede Darmaja mengatakan, Bali mengekspor kopi sebanyak 7,8 ton senilai 80.850 dolar AS selama periode Januari-Agustus 2010.
Ekspor tersebut dari segi volume maupun perolehan nilai persentase mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Ia mengatakan, dari segi volume ekspor kopi tersebut menurun 51,13 persen dibanding delapan bulan pertama 2009 sebanyak 16,1 ton.
Demikian pula dari perolehan devisa berkurang 28,31 persen, karena periode yang sama tahun sebelumnya mampu meraih 112.784 dolar AS.
Penurunan ekspor tersebut erat kaitannya dengan persediaan kopi yang sangat dipengaruhi faktor iklim, disamping sifat tanaman itu mengalami panen raya setiap dua tahun sekali.
Gede Darmaja menambahkan, kopi dalam bentuk biji beras maupun setelah diolah berhasil menembus pasaran Jepang, Prancis dan beberapa negara di kawasan Eropa.(*)
Petani Bali Produksi Kopi Ramah Lingkungan
Selasa, 19 Oktober 2010 11:37 WIB