Denpasar (Antara Bali) - Pengrajin kain tenun " rangrang" di Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali terkendala pemasaran sehingga omzet yang dihasilkan dari penjualan hasil tenunan tersebut tidak maksimal.
"Selama ini kami hanya mengandalkan penjualan dan pemasaran di kalangan pemilik toko seni di Kota Denpasar dan Kota Semara Pura (Klungkung) yang hasilnya tidak menentu," kata Nengah Wijaya, salah seorang pengrajin kain tenun "rangrang" asal Nusa Penida dikonfirmasi dari Denpasar, Sabtu.
Ia menjelaskan, dalam sebulan hanya dapat menjual antara 5 sampai 10 kain "rangrang" ukuran sekitar 180x60 centimeter dengan harga dan ukuran berbeda tergantung kualitas dan jenis bahan yang digunakan.
Nengah Wijaya melanjutkan, pihaknya menjual kain "rangrang" berkisar antara Rp100.000 sampai Rp700.000 tergantung motif dan corak dari kain itu sendiri.
"Coraknya berbeda-beda, perbedaan itu menyebabkan antara kain satu dengan kain yang lain memiliki perbedaan harga, kain dengan corak khas Nusa Penida berupa pepatran (bentuk) yang rumit merupakan jenis kain yang dihargai paling mahal," katanya.
Wijaya mengatakan, dengan harga demikian pihaknya hanya mendapatkan keuntungan bersih antara Rp2 juta sampai Rp3 juta setiap bulan.
"Jumlah tersebut tidak sebanding dengan lamanya proses pengerjaan satu jenis kain tenun "rangrang" yang bisa menghabiskan waktu antara 20 sampai 30 hari," kata dia.
Ia mengatakan, sejumlah kain yang terjual murni berasal dari beberapa kain yang dititipkan di beberapa toko seni yang ada di Kota Denpasar dan Kota Semara Pura, Klungkung.
"Permasalahan yang muncul sekarang minat para wisatawan membeli berbagai jenis kerajinan khas Bali menurun akibat naiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga menyebabkan daya beli para wisatawan domestik menurun drastis," imbuhnya.
Selain itu, ia mengatakan, pihaknya kalah bersaing dengan beberapa pengrajin tenun "rangrang" luar Bali yang menggunakan teknik pemasaran melalui internet (online) dan harganya lebih murah, karena kualitas bahan dan proses pembuatan tidak sama yaitu kain rangrang Nusa Penida dibuat menggunakan alat tenun tradisional dan luar Bali (Jawa) menggunakan mesin.
"Terus terang saja kami belum terlalu fasih dengan teknologi, kami kalah jauh dengan pengrajin lain yang memasarkan hasil kerajinan melalui internet," ucap dia.
Selain itu, ia menambahkan, kain tenun rangrang merupakan jenis kain khas Nusa Penida kualitas unggul, banyak dicari masyarakat lokal maupun kalangan wisatawan.
Dikatakan, motif tenun "rangrang" memiliki simbol dari kejujuran dan keharmonisan, masyarakat ingin menjaga kedua hal itu dalam kehidupan masyarakat di pulau yang lokasinya terpisah dengan daratan Bali.
Tenun "Rangrang" memiliki ciri, tersendiri pada lembaran kain tenunnya terdapat ruang-ruang kecil berlubang, merupakan ciri utama kain tenun khas daerah Nusa Penida.
Di samping desain berlubang dan warna kain yang terdiri dari berbagai jenis motif, kainnya lembut dan halus jika dijarit dijadikan berbagai jenis busana baik baju biasa maupun kemeja. (WDY)